Wow, Museum Batik Pekalongan Simpan Koleksi Berusia 100 Tahun

Wow, Museum Batik Pekalongan Simpan Koleksi Berusia 100 Tahun
Koleksi kain batik milik Msuseum Batik Pekalongan ini sudah berusia 100 tahun.(foto/radarpekalongan.id/ainul)
0 Komentar

Radarpekalongan.id – Dikeluarkan dari lemari koleksi, selembar kain itu sudah tampak rapuh. Dua lubang berdiamater antara 5 sampai 7 sentimeter semakin menegaskan usia kain yang sudah sangat tua. Motif jlamprang, motif khas Pekalongan, menghiasi hampir seluruh badan kain dengan kombinasi motif tumpal di kepala kain. Sedangkan warnanya didominasi biru dan merah yang sudah memudar dan tak tajam lagi. Kondisinya memang sudah sangat rapuh tapi kecantikan kombinasi motif serta warnanya tetap terjaga.

Itulah sekilas gambaran kain batik berusia 100 tahun yang merupakan koleksi dari Museum Batik Kota Pekalongan. Sampai saat ini, kain tersebut teridentifikasi sebagai kain batik tertua yang disimpan oleh Museum Batik. Kain itu tidak ditampilkan di ruang pamer tapi disimpan di ruang konservasi mengingat kondisinya yang sudah sangat rapuh. Kain batik itu ditopang kain lain di bawahnya dan dijahit dengan teknik nisik yang dilakukan dengan ekstra hati-hati.

“Memang tidak semua pengunjung bisa melihat kain ini karena kondisinya yang sudah sangat rapuh sehingga sangat rawan. Jika ingin melihat untuk kepentingan tertentu bisa, tapi harus mengikuti alur birokrasi seperti pengajuan surat yang berisi kepentingan melihat untuk apa,” ungkap Kepala Museum Batik, Ahmad Asror.

Baca Juga:Waduh, Kutukan Juara Bertahan Hantui Prancis di Piala Dunia 2022Jadwal dan Prediksi Pertandingan Piala Dunia 2022 Argentina Vs Arab Saudi

Asror mengatakan, usia kain dengan panjang 205 sentimeter dan lebar 105 sentimeter itu diidentifikasi berdasarkan tahun motif. Berdasarkan kajian pustaka, motif jlamprang yang tergambar di kain identik dengan motif jlamprang yang ada di kain batik pada kisaran tahun 1900-an. Ditambah dengan kondisi kain yang rapuh, dapat ditarik kesimpulan perkiraan usia kain tersebut. “Memang kami belum bisa melakukan identifikasi usia dengan teknologi yang lebih tinggi karena keterbatasan yang ada. Sehingga kami lakukan dengan identifikasi tahun motif dan usia yang disematkan pada kain akhirnya tidak serta merta merujuk pada tahun pembuatannya melainkan tahun kain batik itu berasal,” tambah Asror.

Pun siapa pemilik, pengrajin hingga penyumbang kain tersebut, tak teridentifikasi secara jelas. Sebab kain itu sudah ada di Museum Batik sejak dikelola oleh pihak swasta atau sebelum tahun 2006. Ketika pengelolaannya berpindah tangan ke pihak pemerintah, data yang diterima tak begitu lengkap. Saat Museum Batik akan diresmikan, komunitas di Kota Pekalongan kemudian mengumpulkan koleksi dan melakukan identifikasi terhadap koleksi yang ada.

0 Komentar