Kini pun ia juga rutin sebulan sekali mengirimkan produk ke Hongkong. Pasalnya tak hanya sekadar jadi pembeli, tapi juga ada reseller juga di Hongkong.
“Jadi awalnya memang beli untuk sendiri, karena kangen dengan terasi. Tapi akhirnya turut dijual ke TKW lainnya yang ada di Hongkong,” imbuhnya.
Produk terasinya pun dijual mulai Rp14-21 Ribu. Dalam sebulan, Siti bersama keluarganya mampu memproduksi sekitar 50 kilogram terasi lebih. Dengan penjualan perbulan hingga 500 kemasan dari berbagai ukuran.
Baca Juga:Meninggal Dunia, Dua Kades PAW Dilantik  Pj Bupati BatangAda Regulasi Baru, UMK Batang 2023 Masih Dirembug
Diwawancarai terpisah, Reseller dari Hongkong, Widi mengaku senang dapat mempromosikan produk UMKM Indonesia meski di Hongkong. Pelanggan Widi kebanyakan merupakan rekan tenaga kerja wanita (TKW) yang juga bekerja di Hongkong.
Diakuinya terasi oven ini pun menjadi solusi bagi TKW yang kangen dengan masakan Indonesia. Kemasannya yang modern dan tak berbau menyengat pun praktis untuk dikirim hingga ke Hongkong.
“Biasanya saya jual ke teman-teman di Hongkong atau di Indonesia. Di sini biasanya pakai terasi agar ingat sama masakan kampung halaman. Dibikin sambel mbak, atau urap gitu. Temanku yang Lampung, Sumbawa juga suka terasi ini. Yang dari Sumbawa dibuat plecing, baberuk juga. Dan pastinya sambal terasi semua suka sambal,” pungkasnya. (nov)