*Dipercaya Membawa Berkah
BATANG, RADAR PEKALONGAN.ID – Jumat pagi 25 November 2022, beberapa masyarakat Desa Silurah mulai bersiap datang ke hutan dekat gapura desa. Nampak sekumpulan bapak-bapak yang sibuk menyembelih kambing kendit, yang menjadi salah satu syarat utama untuk tradisi Nyadran Gunung.
Penyembelihan kambing hitam dengan lingkaran putih di bagian tengah tubuhnya ini setiap tahun menjadi prosesi rutin. Kecuali tiap tujuh tahun sekali, kambing kendit akan diganti dengan kerbau bule.
Setelah disembelih, kambing tersebut dipotong-potong kecil. Kemudian dimasak dengan menggunakan wajan besar. Nantinya daging tersebut akan disajikan ketika prosesi Nyadran Gunung dimulai.
Baca Juga:Apresiasi Pengabdian Guru, Siswa SDN Proyonanggan 10 Sungkem ke GuruPunya Produk Berkualitas, UMKM Batang Didorong Go Internasional
Sembari menunggu warga berkumpul, sesepuh desa pun melaksanakan ziarah ke makam leluhur. Setelah itu mendekati pukul tujuh pagi, warga terlihat mulai berduyun-duyun datang ke lokasi nyadran. Sembari menaruh bakul-bakul berisi nasi golong di sebrang jalan, warga mulai berbaris menghadap Gunung Rogokusuma. Hal ini menjadi simbolisasi rasa syukur warga ke tuhan yang maha esa, dan leluhur yang telah menjaga desa Silurah.
Tak lama berselang, acara Nyadran pun dimulai. Setelah doa dan rasa terima kasih dipanjatkan, tibalah saatnya bagi memasuki prosesi selamatan. Dimana dalam kesempatan ini warga dan pengunjung akan menyantap sedekah nasi golong yang dibungkus daun.
Sesajian dalam nasi berkat itu pun merupakan olahan hasil bumi warga setempat. Selain itu, disajikan juga olahan kambing kendit yang telah dipotong saat nyadran gunung sebagai ritual bentuk syukur kepada Tuhan dan alam.
Sebelum disantap bersama, nasi berkat dan olahan kambing kendit telah didoakan terlebih dahulu oleh sesepuh. Dengan menyantap nasi berkat itu, masyarakat sekitar percaya akan mendapatkan berkah.
Dengan hikmat dan nikmat, masyarakat atau pengunjung yang datang ikut bersama-sama makan nasi berkat diiringi dengan pentas ronggeng.
“Sama seperti rebutan gunungan hasil bumi, menyantap nasi berkat yang telah didoakan ini dipercaya akan mendapatkan berkah, ya ini bagian tradisi dan uri uri budaya, kami menyambutnya dengan senang,” tutur salah satu warga, Viyan.
Kepala Desa Silurah, Suroto mengatakan tradisi ini akan terus dilestarikan setiap tahunnya karena ini merupakan warisan leluhur.