Makna Surat Al Ikhlas Ayat Kedua
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.”
Seluruh makhluk yang ada di dunia ini pasti bergantung kepada Allah Swt. Tidak satu pun makhluk, walaupun yang berujud renik seperti bakteri dan virus yang bisa hidup sendiri. Apalagi manusia.
Manusia memang sangat bergantung kepada Allah. Sedikit saja Allah tidak mengurus makhluknya, maka dunia ini akan hancur berantakan.
Baca Juga:PAC Muslimat NU Wonopringgo Melakukan Papanisasi di 33 TitikGuru Dituntut untuk Memperbarui Pengetahuan
Betapa tidak, Allah Maha Hidup dan tidak pernah tidur, Allah Maha Mengurus makhluknya, bahkan sampai daun yang jatuh dari sebuah pohon saja, Allah mengetahuinya. Alasan apalagi dari kita kalau tidak membutuhkan Allah Swt.
Tidak usah merasa gengsi kalau kita, sejatinya tidak bisa melakukan apa-apa tanpa pertolongan Allah Swt. Bahkan walaupun kita sudah sangat optimis, kalau Allah tidak berkehendak, bisa saja hal yang kita inginkan itu batal terjadi pada kita.
Makna Surat Al Ikhlas ayat 3
“Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”
Hakikat Allah itu tidak memiliki anak, tidak memiliki istri, dan tidak memiliki orang tua. Allah itu abadi, tidak berawal dan tidak berakhir. Sudah ada sebelum semua yang ada ini ada. Kelahiran adalah ketiadaan menjadi ada. Dan itu mustahil bagi Allah Swt.
Benar, karena Allah adalah zat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, mustahil memiliki anak, mustahil mempunyai istri dan mustahil sama dengan makhluk.
Makna Surat Al Ikhlas ayat 4
“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
Dalam Bahasa Arab kufu artinya sama atau setara. Nah… Allah tidak ada yang menyetarai, siapapun dan di mana pun. Kalau pun ada yang merasa setara, maka akibatnya akan sangat fatal sekali.
Baca Juga:Kemendikbudristek Dukung Sail Tidore 2022, Hadirkan Band MarasanteMenjadi Rp 1.958.169,69, Tahun 2023 UMP Jawa Tengah Naik 8,01%
Pernah mendengar kisah Firaun? Ya, itulah sosok yang merasa dirinya adalah tuhan. Dia katakana bahwa dirinya bisa menghidupkan dan mematikan. Dia mencontohkan, kalau dia bisa mematikan, dia contohkan dengan membunuh seseorang. Dan ketika dia mengatakan bisa menghidupkan, dia contohkan seseorang dibiarkan tetap hidup.
Mestinya tidak demikian logikanya. Kalau bisa menghidupkan, coba bisa tidak, orang yang sudah mati dihidupkan Kembali. Ternyata Firaun tidak bisa melakukan itu. Akhir hidup Firaun sangat tragis, tenggelam di laut merah.