Sikap seperti itu memang sangatlah penting ditumbuhkan, mengingat kebiasaan jujur adalah bagian dari kepribadian tiap peserta didik di SDN 02 Sijeruk yang harus dilatih sejak dini. Proses melatih hati nurani mereka agar selalu bersikap jujur tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi butuh waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, program kantin Kejujuran yang telah dijalankan SDN 02 Sijeruk Kecamatan Sragi perlu mendapat apresiasi dari semua pihak, khususnya warga desa Sijeruk.
Apresiasi tersebut perlu diberikan karena di sekolah itu memiliki komitmen kuat untuk menanamkan budaya jujur. Para stake holders di sekolah ini tampaknya menyadari betapa sikap jujur tidak hanya cukup dilatih saja di dalam kelas, sebagaimana proses pendidikan konvensional selama ini. Proses pendidikan konvensional memang baru mampu menjadikan peserta didik mengetahui dan paham tentang urgensi sikap jujur. Namun, mereka belum sanggup mengamalkannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Realitas ini yang pada gilirannya menyebabkan sebagian masyarakat berpandangan sumir terhadap dunia pendidikan. Mereka umumnya menganggap bahwa dunia pendidikan baru mampu melahirkan para insan yang cerdas secara kognitif.
Kantin Kejujuran adalah sebuah proses pendidikan inkonvensional yang didesain untuk menumbuhkan kecerdasan kognisi, afeksi dan psikomor peserta didik. Penumbuhan ketiga kecerdasan tersebut sangat mungkin dilakukan dengan menciptakan budaya positif di sekolah. Sangat disadari betapa sikap jujur peserta didik sedikit-banyak dipengaruhi oleh budaya yang terbangun di lingkungannya.
Baca Juga:Bagaimana Cara Memilih Teman yang BaikKwartir Nasional Gerakan Pramuka Galang Bumbung Kemanusian Gempa Bumi Cianjur
Sekolah yang berbudaya positif memiliki pengaruh sangat kuat bagi pembentukan pribadi mereka agar selalu bersikap jujur. Dikatakan demikian karena pembentukan kepribadian mereka dilakukan dengan pendekatan budaya positif di sekolah. Dengan pendekatan budaya, maka peserta didik yang sudah mengetahui dan memahami nilai dan norma kejujuran dapat langsung mengamalkannya ke dalam kehidupan sehari-hari.Proses pembiasaan berperilaku seperti ini pada gilirannya dapat melahirkan pribadi peserta didik berkarakter. Hal ini merupakan satu nilai lebih dari Kantin Kejujuran, daripada program Pendidikan Karakter yang cenderung hanya bersifat administratif. Oleh karena itu, potret budaya positif ini semoga menjadi inspirasi bagi para Kepala sekolah lainnya, khususnya di wilayah kabupaten Pekalongan. Konsep Kantin Kejujuran sangat mungkin diadopsi, dimodifikasi dan dipraktikkan di sekolah lainnya (*)