Suatu hari Gus Dur mengajak Kiai Agiel jalan-jalan untuk mencari seorang wali. Kemudian Kiai Agiel bertemu seseorang yang memakai surban tinggi sedang mengajar dan memiliki banyak santri.
Kiai Agiel pun bertanya kepada Gus Dur, “Apa ini wali, Gus?”
Gus Dur menjawab, “Bukan.”
Akhirnya mereka mencari lagi dan bertemu seseorang yang memakai surban dengan jidat hitam.
Lagi-lagi Gus Dur berkata, “Bukan ini.”
Baca Juga:Inovasi Jawa Timur Gelar Workshop Penguatan Tim Monitoring dan EvaluasiSinergi Pramuka Peduli & Tagana Pati, Gelar Dapur Umum Di Lokasi Bencana
Sampai akhirnya Gus Dur menghentikan langkah di dekat seseorang yang bersurban kecil biasa, duduk di atas sajadah.
“Inilah wali,” ujar Gus Dur singkat namun mantap.
Ternyata tujuan mencari wali ialah agar Gus Dur didoakan oleh sang wali.
Akhirnya, wali ini berdoa untuk Gus Dur.
Usai berdoa, sang wali pergi sambil menyeret sajadahnya dan berucap lirih, “Ya Rabbi, ma dzanbi hatta tu’arrifuni (Ya Tuhanku, apa dosaku sehingga ada orang yang mengetahui maqom-ku (kedudukanku)?” (*)
(disadur dari AlaNu)