Aku yang sejak dulu takut dengan gas, memilih mengambil kain bekas, membasahinya dengan air, lalu kulempar dari jarak 2 meteran ke arah kobaran api. Alhamdulillah, api tak lagi berkobar, meski belum benar-benar mati. Barulah kuberanikan mematikan gas. Klik, dan musibah pun berakhir antiklimaks.
Aku duduk di lantai dengan ketegangan tersisa, nafas masih ngos-ngosan. Setelah sedikit tenang barulah kembali ke ruang tengah. Dan dalam langkah kaki yang gontai itu, suara deritan tikus terdengar. Tapi sungguh, aku tak berminat menoleh apalagi mengejarnya. Aku tahu, para tikus itu mungkin sedang bergosip tentang kisah terbakarnya ketel kami.
“Makanya, kalau sebel jangan lebay bro. Tadi kalau kami tak bersuara, entah apa yang akan terjadi dengan ruang dapurmu….” Begitu mungkin bisik tikus mengirimkan gelombang makna.
Baca Juga:Mantan Wakil Bupati Kendal Ini Didorong Maju Pencalonan Ketua PCNUAwal Desember, Perumda Sendang Kamulyan Sudah Realisasikan Target Dividen Rp 4 Miliar
Di depan monitor, aku masih bengong. Memikirkan ucapan sang pengerat, sambil memegangi mouse dengan penuh kasih sayang. Tabik! []