LUMAJANG,Radarpekalongan – Seiring penurunan status Gunung Semeru tersebut, BPBD Jatim telah mengizinkan masyarakat di pengungsian untuk kembali ke rumah masing-masing. Namun, warga tetap diminta mengikuti perkembangan informasi dari sumber resmi pemerintah.Kepala Pelaksana BPBD Jatim Gatot Soebroto menyebutkan saat ini tersisa kurang lebih 300 orang pengungsi di sejumlah lokasi pengungsian yang telah disediakan.“Posisi sekarang pengungsi sudah banyak yang kembali ke rumah masing-masing. Hari ini tinggal sekitar 300-an,” ujar Gatot, seperti dikutip detikJatim.Meski demikian Gatot mengimbau agar penduduk maupun pengungsi selalu melihat perkembangan informasi yang ada tentang aktivitas Gunung Semeru. Sehingga ketika terjadi sesuatu mereka bisa segera menyelamatkan diri.“Imbauannya, selalu melihat informasi dari pemerintah. Baik itu dari BMKG, PVMBG, BPBD, polisi, TNI harus didengarkan masyarakat. Kemudian untuk yang masih berada di pengungsian, kalau masih ada debu yang tidak tahu datangnya seberapa banyak tetap memakai masker,” ujarnya.Berikut ini penjelasan lebih detail tentang alasan PVMBG menurunkan status aktivitas Gunung Semeru.
- Gempa vulkanik (Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal) masih terekam dan berfluktuasi. Gempa Letusan, Gempa Guguran masih ada. APG terekam pasca APG 4 Desember 20222 tercatat 4 kali APG dengan durasi dan jarak luncuran yang sudah menurun.
- Pengamatan sejak 4 Desember 2022 hingga saat ini menunjukkan tidak ada gejala peningkatan kegiatan yang signifikan menuju APG yang cukup besar. Diduga perlu waktu untuk mengakumulasi material letusan menjadi sumber APG yang melebihi 7 km.
- Citra thermal mengindikasikan anomali yang menurun periode 4 Desember 2022 – 9 Desember 2022 dari 15 MW ke 27 MW yang mengindikasikan terdapat penumpukan material pijar di sekitar permukaan kawah. Anomali SO2 dari citra Aura/OMI justru terlihat pada tanggal 2 Desember 2022 sebesar 1.78 Dobson Unit dan Pada saat ini hanya teramati sebesar 0.62 DU.
- Pasca deformasi inflasi yang disertai erupsi 4 Desember 2022, deformasi Gunung Semeru hingga saat ini sudah menunjukkan penurunan dari instrumen tiltmeter.
- Potensi ancaman bahaya Gunung Semeru saat ini berupa berupa banjir lahar bila material hasil erupsi dan APG tercampur dengan intensitas hujan tinggi terutama di sungai yang berhulu di puncak (Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Sat, serta anak-anak sungai di sekitarnya). (dur/jpnn/detik.jatim)