KAJEN,Radarpekalongan.id – Di Kabupaten Pekalongan ada 14% bangunan sekolah dasar (SD) kondisinya rusak sedang hingga berat. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Pekalongan pada tahun 2023 akan memprioritaskan pada sekolah dengan kategori rusak berat atau kerusakannya paling parah.
“Kita rencanakan 2023 untuk sarpras dan lainnya. Sarpras ini termasuk TIK, tidak hanya bangunan,” terang Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan, Kholid, kemarin.
Disebutkan, jumlah sekolah dibawah kewenangan Dindikbud banyak. Masing-masing ada yang ruang gurunya rusak, ruang kelas rusak, dan lainnya. Objek di tiap sekolah berbeda-beda.
Baca Juga:Menulis Aksara Jawa jadi Mudah dan Menantang Dengan Kartu HurufPuzzle Jigsaw Memudahkan Anak Untuk Belajar Keberagaman Sosial Budaya di Indonesia
“Kita ada skala prioritas. Sekolah parah ditangani dulu. Jika sekolah rusak berat, proses kegiatan belajar mengajar kan membahayakan. Bisa ambruk dan sebagainya. Kita prioritaskan yang paling rusak parah. Seperti di Ponolawen itu dan SDN Karangjompo,” kata dia.
Dikatakan, untuk SDN Karangjompo ada rencana peninggian dan rehab bangunan di tahun 2023. Selain itu, ada pula pembangunan turap agar air tidak masuk ke sekolah.
Kabid Sarpras Dindik Kabupaten Pekalongan Ismail, dihubungi terpisah, menerangkan, secara umum kondisi prasarana (bangunan) SD yang masuk kategori rusak sedang/berat sebesar 14%. Sedangkan kebutuhan pemenuhan pembangunan prasarana baru sebesar 12%. Dominasi kebutuhan prasarana baru yang belum dimiliki oleh SD adalah ruang perpustakaan. Menurutnya, kendala dalam pemenuhan prasarana baru adalah ketersediaan lahan yang terbatas. Kebutuhan alokasi anggaran untuk pembangunan dan rehabilitasi sekolah sebesar Rp 283.053.000.000.
“Terkait kebutuhan sarana lebih didominansi peralatan teknologi dan informasi komputer, masih terdapat 379 SD yang belum memiliki komputer atau laptop kurang dari 15 unit. Padahal ini sebagai syarat Asesmen Nasional,” ujar dia.
Sedangkan secara umum kondisi prasarana (bangunan) SMP yang masuk kategori rusak sedang/berat sebesar 6%. Sedangkan kebutuhan pemenuhan pembangunan prasarana baru sebesar 26%. “Kebutuhan prasarana baru pada jenjang SMP, didominasi pada pemenuhan prasarana di SMP Satu Atap, yaitu ruang perpustakaan dan ruang laboratorium. Kebutuhan alokasi anggaran untuk pembangunan dan rehabilitasi sekolah sebesar Rp 127.095.000.000,” terang Ismail.
Terkait kebutuhan sarana lebih didominansi peralatan teknologi dan informasi komputer, masih terdapat 12 SMP yang belum memiliki komputer/laptop kurang dari 15 unit, sebagai syarat Asesmen Nasional.