KAJEN,Radarpekalongan.id – Kita patut bersyukur bahwa sudah sekian bulan lamanya kondisi pendidikan kita kembali pulih usai didera pandemi covid-19. Dalam euphoria bersama akan pemulihan tersebut kadang kita menjadi lupa bahwa virus tersebut masih saja bisa datang sewaktu-waktu. Kita mungkin menjadi lengah dengan kampanye dan pembiasaan 5M: mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Maka di sinilah peran sebagai guru untuk selalu bersama mengingatkan warga sekolah semua agar senantiasa waspada dan tanggap dengan kondisi yang boleh dikatakan kembali normal ini. Tak kurang perannya adalah pribadi seperti penulis yang mengampu mata pelajaran pendidikan Agama. Kesehatan dan kebersihan serta keselamatan jiwa merupakan ajaran agama yang memiliki dampak terhadap dimensi kehidupan lain. Bayangkan, jika anak-anak didik kita banyak yang sakit, maka bukan saja yang bersangkutan tertinggal dalam pelajaran, namun kehidupan sosial kelas juga terganggu.
Kehidupan sosial yang sehat adalah ketika setiap individu juga sehat. Baik raga maupun jiwanya. Terlebih lagi saat ini ketika sebagaian anak-anak didik kita melaksanakan kurikulum baru yakni Kurikulum Merdeka. Meski tiada beda secara signifikan dengan muatan pada Kurtilas namun pada Kurikulum Merdeka ada satu penekanan mendasar tentang terwujudnya profil pelajar Pancasila. Apakah hal ini hanya menjadi tanggungjawab guru kelas semata? Sama sekali tidak. Semua guru di sekolah memiliki tanggungjawab untuk mewujudkannya.
Pada buku yang diterbitkan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek tentang Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dintakan bahwa kompetensi profil pelajar Pancasila memperhatikan faktor internal yang berkaitan dengan jati diri, ideologi, dan cita-cita bangsa Indonesia, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan konteks kehidupan dan tantangan bangsa Indonesia di Abad ke-21 yang sedang menghadapi masa revolusi industri 4.0. (2022: 1). Bagaimana mungkin anak-anak yang sering sakit maupun lingkungan sosial yang tidak sehat akan mampu mewujudkan kompetensi tersebut. Di sinilah guru pendidikan agama bisa menjadi partner bagi para guru kelas untuk mendukung terlaksananya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila sendiri merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila. Sampai di sini penulis ingin mengajak para pembaca untuk melihat situasi dan kondisi sosial di dalam sekolah sebagaimana terurai berikut ini.