KAJEN,Radarpekalongan.id, Pandemi Covid 19 belum berakhir, namun demikian pemerintah mengambil kebijakan dalam pembelajaran. Yang semula pembelajaran dilakukan secara terbatas beralih pada pembelajaran tatap muka 100%. Menyikapi kebijakan tersebut banyak hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan dalam rangka memulihkan pembelajaran pada peserta didik. Persiapan tersebut harus didukung oleh semua pihak. Dalam hal ini guru sebagai pemeran utama dalam pembelajaran harus cerdas dalam menyikapi dan mengambil langkah -langkah yang tepat dalam pembelajaran agar mudah diterima oleh peserta didik.
Guru harus mempersiapkan strategi -strategi yang tepat agar mudah dipahami oleh peserta didik. Pada jenjang sekolah dasar, salah satu muatan pelajaran yang banyak mengandung nilai-nilai luhur yang nantinya akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ialah pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Muatan pelajaran ini membutuhkan daya ingat yang baik karena semua materi berbentuk hafalan dan hal tersebut terkadang menjadi kendala tersendiri bagi peserta didik. Demikian juga ketika peserta didik mempelajari materi keberagaman sosial budaya di Indonesia, peserta didik kesulitan dalam mengingatnya.
Baca Juga:Pengembangan Kolaboratif P5 Berdimensi Nilai AgamaRatusan Anak di Kabupaten Pekalongan Alami Stunting, Koramil Wonopringgo jadi Bapak Asuh Anak Stunting
Untuk itulah pendidik mencoba mengkombinasikan antara metode pembelajaran jigsaw dengan permainan puzzle. Dengan jigsaw puzzle, peserta didik tidak terbebani dengan hafalan-hafalan. Dengan metode ini peserta didik mendapatkan pengalaman langsung secara menyenangkan dan dapat menggali kreativitas juga melatih peserta didik untuk bekerjasama dengan teman.
Metode puzzle jigsaw dilakukan dengan menyusun potongan-potongan gambar berbagai keberagaman sosial budaya yang ada di Indonesia, baik itu keanekaragaman rumah adat, baju adat ataupun keanekaragaman budaya lainnya. Peserta didik menyusunnya menjadi gambar yang benar, kemudian menjawab pertanyaan sesuai dengan gambar puzzle yang telah disusun.
Metode ini dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari empat sampai lima peserta didik. Setiap kelompok bekerjasama menyusun puzzle dan menjawab pertanyaan berdasarkan puzzle yang telah mereka susun, kemudian setiap kelompok diminta mempresentasikannya di depan kelas dan kelompok lain memperhatikan serta boleh menanggapi presentasi.
Kelompok yang dapat memecahkan masalah dengan baik akan mendapatkan penghargaan sederhana, berupa pujian dan tepuk tangan sehingga peserta didik merasa senang dan termotivasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Selain itu mereka tidak merasa bosan dan jenuh, juga tidak terbebani dengan hafalan-hafalan.