KAJEN,Radarpekalongan.id – Ribuan bahkan diperkirakan jutaan batu persegi di lereng Gunung Praboto masih misterius. Masyarakat setempat menyebutnya Situs Watubahan.
Batu persegi berbentuk persegi lima dan enam ini tertumpuk rapi membentang sepanjang 10 kilometer di lereng bukit Gunung Praboto di Desa Lemahabang hingga Desa Sidoharjo di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan.
Batu-batu dengan diameter 50 centi hingga 60 centi dengan panjang sekitar tiga meter hingga empat meter ini diyakini peninggalan zaman purbakala mirip dengan Situs Megalitikum Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Masyarakat lokal menyebut batu persegi ini dengan sebutan Watubahan.
Baca Juga:Menikmati Sejuknya Air Terjun Curug Bidadari di Pedalaman Talun Kabupaten PekalonganPatroli Sepeda di CFD, Polisi Antisipasi Gangguan Kamtibmas
Selain terkenal dengan keindahanan panorama alam dan kekayaan flora dan faunanya, Kabupaten Pekalongan menyimpan kekayaan benda-benda purbakala. Salah satunya temuan jutaan batu persegi di lereng Gunung Praboto tersebut.
Situs Watubahan (Radarpekalongan.co.id)
Batu persegi berukuran besar tertumpuk rapi di sepanjang Dukuh Duagang, Desa Lemahabang hingga Dukuh Pakuluran, Desa Sidoharjo di lereng bukit Gunung Praboto.
Batu persegi lima dan enam dengan lebar tiap sisi antara 30 centi, 50 centi, dan 60 centi dan panjang 3 meter hingga 4 meter ini tertata rapi seperti membentuk semacam tembok atau benteng besar. Batu-batu ini ada yang posisinya berdiri dan rebah. Namun, banyak pula batu persegi di lereng Gunung Praboto yang masih tertimbun tanah di sepanjang bukit itu.
Masyarakat desa sekitar Watubahan melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) menjadikan keunikan batu persegi di lereng Gunung Praboto ini sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Pekalongan. Pelibatan LMDH ini dikarenakan lokasi batu persegi tersebut berada di atas lahan Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur.
Selain keunikan bebatuan itu, di sepajang bukit itu hingga ke arah puncak gunung ditemukan enam curug atau air terjun yang menawan. Didukung panorama hutan produksi dan lindung yang masih perawan, kewasan ini pun dikembangkan oleh masyarakat setempat sebagai kawasan wisata primitif.
Salah satu pengelola kawasan wisata Curug Menhir, Desa Lemahabang, Raadi, menuturkan, sejarah watubahan banyak versi ceritanya, namun dirinya belum berani untuk memberikan keterangan. Sebab, pihaknya masih menunggu hasil penelitian tim arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) yang sudah turun melakukan penelitian batu persegi tersebut.