Perkembangan ekowisata di Petungkriyono sangat luar biasa. Perputaran uang di kecamatan ini sudah mencapai miliaran. Kondisi infrastruktur pun sebagian besar sudah bagus. Hanya di beberapa titik yang masih perlu perbaikan, terutama di jalur atas seperti jalan menuju ke Desa Gumelem.
Slamet, menceritakan, selain air terjun, Petungkriyono sarat potensi tujuan wisata lainnya. Oleh karena itu, masyarakat Petungkriyono mengembangkan kawasan itu sebagai pusat wisata pendidikan, alam, agro, petualangan, dan sejarah. “Petungkriyono kaya akan flora dan fauna, bahkan beberapa spesies di antaranya sudah langka. Oleh karena itu cocok untuk wisata pendidikan, di antaranya melalui bird watching dan primate watching,” katanya.
Sungai Tinalum atau Grand Canyon Petungkriyono (Hadi Waluyo)
Sementara, wisata petualangan di antaranya dengan menelusuri Sungai Tinalum hingga Sokokembang. Menurutnya, keindahan sungai itu tak kalah dengan grand canyon di Amerika. Menelusuri alur Sungai Tinalum hingga Sokokembang, pengunjung bagaikan menembus gua yang kanan kirinya diapit pepohonan hijau dan bebatuan, laksana lukisan alam yang memesona.
Baca Juga:Curug Bulu Damar, Pesona Terpendam di Tengah Hutan Perawan di Kabupaten Pekalongan, 1 Jam Jalan Terabas HutanMisteri Batu Persegi di Lereng Gunung Praboto Pekalongan Yang Asik untuk Healing, Membentang Sepanjang 10 Km
“Di Petungkriyono juga banyak dijumpai situs bersejarah dan benda-benda purbakala sebagai tujuan wisata sejarah. Misalnya, peninggalan zaman Hindu berupa linggo yoni Nogopertolo di Tlogopakis,” ujar dia.
Fenomena alam yang unik dan mistis pun bisa dijumpai di Petungkriyono. Meskipun di daerah pegunungan, di Desa Kayupuring terdapat mata air yang airnya terasa asin. Zaman dulu masyarakat setempat menggunakan air di sana sebagai pengganti garam. Selain itu, di Telaga Sigebyar Mangunan, Desa Tlogohendro, terdapat aliran air yang biasa disebut air tok, yang dipercaya warga bisa menjadikan awet muda dan bisa mengobati penyakit. (had)