RADARPEKALONGAN.ID – Hidup di zaman yang penuh ketidakpastian menuntut kita untuk menjaga kewarasan hati agar tak mudah limbung, agar tak gampang tumbang dan lantas terpuruk. Nah, salah satu menjaga kewarasan hati itu adalah dengan dua sikap ini: jangan berharap berlebihan, dan jangan merasa diri penting.
Tidak ada yang salah dengan harapan. Dalam ambang batas ketahanan manusia atas penderitaan, harapan justru seringkali menjelma menjadi kekuatan dahsyat, bahkan miracle (keajaiban).
Ada seorang perempuan yang mengidap kanker stadium akut. Oleh dokter hidupnya divonis tersisa satu bulan. Si perempuan ini ridho seandainya memang Tuhan menakdirkan demikian. Hanya saja, ada satu impian terbesar dalam hidupnya yang mengganggu kepasrahannya atas takdir. Ya, ia ingin meghasilkan satu buah novel karya pribadi selama hidupnya. Kalau ia mati, apa jadinya dengan impian yang telah ia pupuk sejak remaja?
Baca Juga:Wah, Asyiknya Nobar Piala Dunia di DPC PPP Kendal, Pulang Bisa Bawa HadiahPotensi Pergerakan Nasional Saat Nataru 16,35 %, Jasa Marga Siaga Sambut Pemudik
Akhirnya, dalam suasana batin yang berdilema, perempuan ini memutuskan untuk melakukan apa yang ia bisa untuk menunaikan impiannya. Ia mulai menuliskan novelnya, tak peduli apa yang akan diputuskan oleh takdir 30 hari ke depan.
Hari ke-30 pun tiba, naskah novelnya masih jauh dari kata selesai. Menjelang pukul 00.00, ia memilih tak melihat jam, dan fokus menulis dan menulis. Sampai tahu-tahu adzan subuh di hari ke-31 mengusik kekhusyuannya menulis. Dan perempuan ini tak mati. Begitulah kisahnya sampai perempuan ini terus hidup dan tidak hanya mewujudkan impiannya menuliskan sebuah novel, ia bahkan tumbuh menjadi penulis produktif dengan banyak karya.
Menjaga Kewarasan Hati: Don’t Expect More!
Begitulah sebuah harapan bekerja. Bahkan di batas hidup dan mati manusia, setidaknya dalam kacamata medis, harapan tumbuh menjadi imun kehidupan yang sesungguhnya. Betapa banyak orang-orang yang tegar menghadapi masa payahnya, hanya karena ia memelihara harapan: kelak takdir akan tersenyum kepadaku, kesuksesan akan memelukku.
Sampai di sini, tida ada yang salah dengan harapan. Terutama ketika seseorang berharap terhadap kekuatan dirinya, dan memupuk optimisme dengan perjuangan dan kesungguhan. Alih-alih mengutuk kegelapan, ia memilih menyalakan lentera.