Anak Bisa Mendendam dengan Kemarahan Ayah, Tetapi Tidak dengan Ibunya

Anak Bisa Mendendam dengan Kemarahan Ayah, Tetapi Tidak dengan Ibunya
Kasih sayang seorag ibu memang tak terhigga. (Foto: https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/)
0 Komentar

Sakitmu bisa dengan mudah mengalihkan dunia sang Ibu. Bahkan, ketika dua anaknya sakit, ia masih dengan telaten merawatnya sepenuh hati.

Kelak ketika kita anak-anaknya telah dewasa, giliran sang Ibu jatuh sakit. Anak-anaknya memang pulang untuk menjenguk sang Ibu, tetapi ia tetap memikirkan dan mengurusi hal lain saat di dekat ibunya.

Maka benarlah sebuah ungkapan bijak, seorang ibu mampu sendirian merawat 10 anaknya dengan baik. Tetapi 10 anak belum tentu mampu merawat seorang Ibu dengan sungguh-sungguh. Ibu adalah sang perawat kehidupan, memelihara tatanan hidup agar tetap berada dalam keseimbangan.

Baca Juga:Ayo Cegah Stunting, Dimulai dari Pemberian Menu Sehat untuk Balita379 Pesilat PSHT Ikut Ambil Bagian dalam Kejuaraan Pencak Silat Antar Ranting

Suatu waktu ada seorang lelaki yang tengah thawaf mengelilingi ka’bah sambil menggendong ibunya. Lantas ia bertanya kepada Ibnu Umar; aku adalah tunggangan ibuku yang amat patuh, lalu sudahkan aku membalas budi baik ibuku?

“Belum, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan,” jawab Ibnu Umar.

Seorang Uwais bin Amir, pemuda miskin dari Qarn, Yaman, sampai harus membeli lembu kecil dan merawatnya di sebuah bukit. Sejak lembu kecil, setiap hari Uwais menggendongnya sambil berjalan naik turun bukit, sampai lembu itu berusia dewasa dengan berat kurang lebih 100 kilogram. Untuk apa Uwais berlatih demikian, semata untuk mewujudkan keinginan ibunya yang telah renta, lumpuh dan buta, untuk berhaji ke Mekah. Bukan dengan keledai atau unta, tetapi ia gendong ibunya sejauh Yaman-Mekah pulang pergi, lebih dari 2.000 km. Ibunya amat ridha, dan Allah pun meridhai Uwais: pemuda yang tak dikenal di bumi, tetapi popular di langit. []

0 Komentar