Dari sini kemudian ulama menyimpulkan kebolehan menerima dan memberi hadiah oleh muslim kepada non-muslim. Selain menerima hadiah dari non-muslim, Rasulullah SAW juga mengizinkan sahabatnya untuk menerima hadiah dari non-muslim. Hal ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di mana Rasulullah mengizinkan Asma binti Abu Bakar untuk menerima pemberian ibunya yang ketika itu bukan pemeluk Islam. Berikut ini riwayat Bukhari:
حدثنا عبيد بن إسماعيل حدثنا أبو أسامة عن هشام عن أبيه عن أسماء بنت أبي بكر رضي الله عنهما قالت قدمت علي أمي وهي مشركة في عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فاستفتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم قلت وهي راغبة أفأصل أمي قال نعم صلي أمك
Artinya: Dari Asma binti Abu Bakar RA, ia bercerita: Ibuku memberiku sebuah hadiah. Sedangkan ia seorang perempuan musyrik di masa Rasulullah. Lalu aku meminta fatwa Rasulullah. Kubilang: ibuku ingin (menyambung silaturahim. Lain riwayat ‘raghimah’ yang berarti benci [kepada Islam]). Apakah aku harus menyambung silaturahim dengannya? Rasulullah menjawab: Ya, sambunglah tali dengan ibuku. (HR Bukhari).
Imam An-Nawawi menjelaskan sedikit perihal keislaman Qatilah. Ia mengangkat perbedaan pandangan ulama perihal keislaman Qatilah yang tidak lain adalah ibu dari sahabat Asma binti Abu Bakar.
واختلف العلماء في أنها أسلمت أم ماتت على كفرها والأكثرون على موتها مشركة
Baca Juga:Hukum Memasuki Gereja Menurut Pendapat Imam MadzhabBagaimana Hukum Mengucapkan Selamat Natal, Berikut Pandangan para Ulama?
Artinya: Ulama berbeda pendapat perihal keislaman ibu Asma (Qatilah). Apakah ia wafat dalam keadaan Islam atau kufur? Kebanyakan ulama menyatakan bahwa ia wafat dalam keadaan musyrik. (Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, [Beirut, Daru Ihyait Turats Al-Arabi: 1392 H], juz VII, halaman: 68). (dur/jatim.nu.or.id)