KAJEN,Radarpekalongan.id – Hutan Petungkriyono di Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah menyimpan kekayaan flora dan fauna yang tinggi. Bahkan beberapa di antaranya spesies yang langka di dunia. Satwa langka di Petungkriyono di antaranya owa Jawa, elang Jawa, dan macan.
Di kawasan hutan Petungkriyono menyimpan 200 spesies anggrek, di antaranya spesies Papiyo sp (anggrek kantong semar), Palaenopsis sp (anggrek bulan), Dendrobium sp, Calante sp, dan Bulpopilum sp.
Sementara kekayaan satwa yang tersimpan di hutan Petungkriyono, di antaranya lutung, wo-wo, burung rangkok, kijang, anis kembang, sriti, elang jawa, dan macan tutul. Diperkirakan terdapat 10-15 ekor macan tutul yang tersebar di petak 19, 21, 22, 23, dan 29.
Baca Juga:Korban Arisan PCX Mulai dari PNS, Lurah, Hingga Pengusaha BatikOrang Dengan Gangguan Jiwa Bisa Produktif Lho, Ini Kata Dokter Spesialis Jiwa
BKSDA Jateng menemukan adanya peningkatan populasi satwa langka di Hutan Petungkriyono. Untuk elang jawa, misalnya, pada tahun 2011, ditemukan 2 ekor. Pada tahun 2012 meningkat menjadi 3 ekor. Sedangkan, populasi owa jawa meningkat dari 12 ekor pada tahun 2011 menjadi 44 ekor di tahun 2012.
Keberadaan satwa macan di hutan Petungkriyono dibuktikan dengan terekamnya penampakan macan di Hutan Sokokembang, Petungkriyono, melalui kamera trap yang dipasang oleh komunitas Swara Owa pada tahun 2019 . Video rekaman penampakan macan ini sudah diunggah di youtube oleh Wangi Management. Dalam video berdurasi 1:27 ini tampak beberapa satwa tertangkap kamera trap mulai dari babi hutan hingga macan.
Pejabat Cabang Dinas Kehutanan Wilayah IV Teguh, mengatakan, Hutan lindung Petungkriyono memang sangat kaya flora dan fauna, bahkan beberapa spesies langka dan dilindungi ada di hutan Petungkriyono. Di antaranya owa Jawa, macan, beberapa spesies anggrek, serta beberapa spesies burung langka seperti elang Jawa dan raja udang kalung biru.
Dengan biodiversitas yang tinggi di hutan Petungkriyono para pegiat lingkungan seperti Swara Owa, Yayasan Relung, dan lainnya bersama pihak terkait seperti Cabang Dinas Kehutanan, Perum Perhutani, dan BKSDA Jateng beberapa kali melakukan pertemuan untuk membahas penyelamatan kekayaan alam di hutan Petungkriyono.
Pegiat pariwisata diharapkan tidak terlalu masif membuka kawasan hutan. Juga digagas adanya wisata minat khusus seperti wisata pengamatan burung dan tracking. Bahkan ada gagasan agar hutan Petungkriyono dijadikan sebagai calon kawasan ekosistem esensial. (had)