Sementara itu, Dr. Masykuri dari Majelis Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah juga berharap agar pesantren-pesantren Muhammadiyah yang jumlahnya 450an itu dapat mengirimkan kader-kadernya untuk belajar di Madinah.
Senada, KH. Kafabihi Mahrus, Pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri menegaskan bahwa peningkatan kerjasama dengan Universitas Madinah menjadi penting supaya semakin banyak santri bisa melanjutkan studi di Madinah. “Nahdhatul Ulama memiliki lebih dari 30 ribu pesantren yang berafiliasi kepada ormas Islam terbesar itu. Maka kerjasama ini perlu terus ditingkatkan agar peluang para alumni pesantren untuk menimba ilmu di Uiversitas Islam Madinah juga semakin terbuka lebar,” terangnya.
Sementara itu, KH. Lukman Haris Dimyati, Sekjen Forum Komunikasi Pesantren Muadalah dan juga Pengasuh Pesantren Termas, Pacitan, menyinggung sejarah masa lalu tentang tradisi nyantri para ulama Nusantara di Tanah Haramain, termasuk kakek beliau Syaikh Mahfud At-Tarmasi hingga wafat di Makkah dan dimakamkan di Ma’la.
Baca Juga:THR Kramat Batang Masih Tutup, Pemasukan Selama Libur Nataru NihilIni Daftar Kerusakan Akibat Puting Beliung yang Menyapu Pantura Batang pada Minggu Malam
KH. Anang Rikza Masyhadi, Pimpinan dan Pengasuh Pondok Modern Tazakka menegaskan bahwa inisiasi memperluas kerjasama dan networking pesantren dengan dunia internasional perlu dilakukan secara terus menerus dan terstruktur.
“Selain sinergi dan kolaborasi di dalam negeri antar pesantren dan juga dengan perguruan tinggi yang sudah berjalan, saatnya kalangan pesantren juga mengembangkan sinergi dan kolaborasi khususnya dalam pengembangan SDM dengan dunia internasional,” ujar Sekjen Forum Pesantren Alumni Gontor itu.
Di waktu yang sama, Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan yang turut hadir dalam pertemuan itu menyinggung tentang pentingnya persatuan dan kesatuan umat, perlunya menyamakan persepsi dan bersinergi dalam gerakan-gerakan keumatan untuk menyongsong Indonesia yang maju di masa depan.
Usai bertemu rektor, para delegasi menyempatkan diri mengunjungi Lembaga Riset dan Pelatihan Bahasa Arab untuk melihat pelaksaan daurah atau pelatihan bahasa Arab yang sedang berlangsung.
Di sana, para kiai diterima oleh Kepala Pusat Riset Syekh Dr. Sami As-Sulami dan CEO Program Program Learn Arabic Syeikh Dr. Badr Hudaiban Al-Harbi (CEO Ta’allam Arabiyah).
Para kiai sempat masuk ke kelas-kelas dan melihat langsung proses dan metode pengajaran bahasa Arab untuk penutur non-Arab. Mereka bertemu dengan para peserta pelatihan dari utusan pesantren-pesantren di Indonesia.