Dan di antara ulama’ khos asal Lasem selain Mbah Sambu dengan segala karomahnya, Mbah Baidhowi Awal (Ali Badawi/Joyotirto) dengan fatwa Perang Sabil atau Pesantren Purikawaknya, Kiai Shiddiq ulama’ kelahiran Lasem yang kemudian hijrah ke Jember, Kiai Kholil Masyhuri peletak dasar Pondok An-Nur atau Kiai Mashduqi pendiri Pondok Al-Islah, ada satu lagi tokoh sentral yang menjadi tali simpul mayoritas pesantren di Lasem yang patut untuk diperbincangkan.
Beliau adalah Kiai Abdul Aziz bin Baidhowi I (Awal) beserta kesebelas keturunannya, dimana semangat keilmuan dan dakwah Islam 𝙖𝙡𝙖 𝙢𝙖𝙣𝙝𝙖𝙟 𝙖𝙝𝙡𝙪𝙨 𝙨𝙪𝙣𝙣𝙖𝙝 𝙬𝙖𝙡 𝙟𝙖𝙢𝙖𝙖𝙝 di wilayah Lasem dan sekitarnya masih ajeg (tetap terus) terjaga dan terasa pengaruhnya hingga sekarang. Bahkan baik secara nasab keturunan maupun sanad keilmuan terus berdiaspora ke penjuru daerah lainnya bahkan hingga ke mancanegara.
Mbah Aziz adalah putra tertua dari Kiai Baidhowi I (awal) keturunan dari Simbah Abdurrahman Sambudigdo atau masyarakat awam lebih mengenal dengan sebutan Mbah Sambu, seorang ulama yang diambil menantu oleh Pangeran Tejokusumo l Lasem dan menetap serta menyebarkan Islam di daerah pesisir Lasem dan sekitarnya hingga kewafatannya.
Baca Juga:Kapankah Protein Perlu Dikonsumsi?Perikanan Tangkap Cetak Rekor PNBP Sebesar Rp1,26 Triliun selama Tahun 2022
Simbah Sambu adalah punjer (pokok) nasab kebanyakan para kiai di Jawa. Mulai dari Kiai Hasyim Asy’ari hingga Kiai Wahab Hasbullah semuanya masih terhitung dzurriyah dari Mbah Sambu.
Selain Mbah Aziz, putra lain dari Kiai Baidhowi I (Awal) adalah: Kiai Ibrahim (makam di Baureno Bojonegoro), Nyai Khadijah (istri Kiai Syihabuddin Lasem) dan Kiai Mujahid (Kejuron Lasem).
Kiai Aziz pernah menikah dua kali, pernikahan pertama mempersunting Nyai Qoni’ah binti Fathurrahman asal Poleng Nganjuk. Kiai Fathurrahman sendiri juga masih tercatat sebagai dzurriyah dari Mbah Sambu namun beda jalur dengan Mbah Aziz. Dari pernikahan ini beliau menurunkan 5 putra dan putri:
- Nyai Maimunah. Beliau menikah dengan Kiai Umar bin Kiai ‘Arobi (Asro). Dari pernikahan ini menurunkan beberapa tingkatan generasi di antaranya: Kiai Abdullah Umar, Kiai Dimyathi Umar, Kiai Munawwir Mukhdhor, Kiai Abdul Hamid Pasuruan (Pondok Salafiyah), Kiai Zaini Abdullah Pasuruan, Kiai Abdurrahim, Kiai Makmur Dimyathi, Nyai Zainuddin (Madrasah An-Nashriyah) dan sebagainya. Bahkan Gus Baha’ Narukan dari jalur perempuan (ibu) juga masih terbilang dzurriyah dari Nyai Maimunah binti Abdul Aziz, sebab Nyai Yuhanidz adalah putri dari Nyai Fatimah binti Idrus bin Maimunah binti Abdul Aziz. Di samping itu Nyai Maimunah juga merupakan besan dari Kiai Shiddiq Jember, karena salah satu putra beliau yang bernama Kiai Abdullah menikah dengan Nyai Roihanah binti Shiddiq. Dan di antara pesantren Lasem yang didirikan oleh dzurriyah Nyai Maimunah antara lain: Pondok Ash-Shoulatiyah, Al-Fakhriyah, Raudhatut Thullab, Al-Hamidiyah dan At-Taslim.
- Nyai Ummu Kultsum dinikahi Kiai Yusuf. Tidak memiliki keturunan.
- Abdurrahman (wafat kecil)
- Nyai Masfuriyah menikah dengan Kiai Zainuddin yang masih terhitung sepupunya sendiri, putra dari Kiai Ibrahim bin Baidhowi Awal. Dari pernikahan ini juga melahirkan banyak dzurriyah (anak-cucu) lintas zaman seperti: Kiai Fathurrahman Lasem (menikah dengan Nyai Asiyah binti Abdullah Umar), Nyai Nuriyah istri Kiai Maksum bin Ahmad Lasem, Kiai Ali Maksum Krapyak (menantu Kiai Munawwir), Kiai Ahmad Syakir Lasem, Kiai Mudhoffar Jepara, Kiai Atabik Ali Krapyak dan masih banyak yang lainnya. Jejak kediaman Nyai Masfuriyah bersama Kiai Zainudddin Ibrahim dapat ditelisik di Dusun Sumurkepel yang kini berdiri Pondok Nailun Najah. Sedangkan menantu beliau, Kiai Maksum mendirikan pesantren Al-Hidayat di daerah Soditan. Dan beberapa dzurriyah Nyai Masfuriyah lainnya juga mengampu beberapa pesantren di Lasem seperti: Pondok Al-Fatah, Al-Aziz, Al-Syakiriyah, Al-Nuriyah, Kauman dan Al-Mas’udi.
- Nyai Rodhiyati dipersunting Kiai Musthofa Lasem, meski memiliki putra dan putri namun kedua keturunannya tidak berumur panjang. Beliau dikaruniai buah hati bernama Kiai Ahmad Abdul Haq dan Nyai Maslahah. Sebelum menikahi Mbah Nuriyah, Mbah Maksum Ahmad pernah menikah dengan putri Nyai Rodhiyati namun tak lama setelah menikah ternyata Nyai Maslahah wafat dan belum sempat memiliki keturunan. Selang beberapa waktu kemudian Kiai Maksum membangun biduk rumah tangga dengan Nyai Nuriyah yang masih kakak sepupu dari Nyai Maslahah.