Tersangkanya memang sudah diumumkan: 5 orang. Muncul tuntutan baru: agar pengadilannya dilakukan di Malang.
Tapi itu belum cukup. Tetap ada yang minta dalangnya diungkapkan.
“Kita semua sebenarnya sudah tahu siapa dalang di balik tragedi Kanjuruhan,” ujar tokoh Aremania yang hadir malam itu. Ia pun membisikkan satu nama. Saya tidak terkejut. “Aremania, semua, tahu. Hanya tidak ada yang berani mengatakan,” tambahnya.
“Bahkan kami ini tahu siapa yang mengunci pintu stadion dari luar,” katanya lagi. “Semoga suatu saat terungkap,” tambahnya.
Baca Juga:Ceres SwastaEmosi Serumpun
Belakangan ada perasaan pasrah. Setengah frustrasi. Tuntutan-demi tuntutan sudah terlalu sering disuarakan. Terakhir diupayakan lewat penayangan film.
Saya pun membuka link YouTube: ingin melihat film Kanjuruhan di situ. Kelihatannya bagus. Sinematografinya baik sekali. Tapi itu baru thriller 2 menit. Belum tahu kalau sudah seutuhnya nanti.
“Rencananya panjang film 1 jam,” ujar dr Dita (dr Nanditya Ika MMRS), produsernya.
Dokter Dita adalah pimpinan rumah sakit Wava Husada Kepanjen. Itulah rumah sakit terdekat dengan stadion Kanjuruhan. Di situlah korban tragedi Kanjuruhan terbanyak ditangani.
“Yang punya inisiatif bikin film ini Abadi Oy. Ia yang menulis skenario dan sutradaranya,” ujar dr Dita.
Di film itu nanti tidak digambarkan peristiwanya. “Ngeri. Bisa trauma,” ujar dr Dita. “Film ini akan lebih simbolis,” tambahnyi.
Penari topeng terkenal Malang, Dewi, akan jadi bintang utama. Pakai topeng. Itulah benda seni yang paling menonjol di Malang. Tampil juga penari kontemporer Saskia.
Baca Juga:Senyum TulipImaji Perusuh
Tahlil malam itu masih terasa syahdu. Disaksikan rembulan bulat disapu mendung tipis memutih. Bulan tampak lamat-lamat. Kanjuruhan seperti kian menjauh. (Dahlan Iskan)