RADARPEKALONGAN.ID – Manfaat dzikir dan doa setelah shalat fardhu sangat banyak. Imam Ibnul Qayyim (2004) dalam kitabnya, Al-Wabil Ash-Shayyib Minal Kalim Ath-Thayyib menyatakan bahwa manfaat dzikir dan doa bisa mencapai ratusan.
Ilustrasi menara masjid (Sumber foto: freepik.com)
Lima manfaat dzikir dan doa setelah shalat yang dapat diperoleh umat muslim di antaranya sumber keberuntungan di dunia dan di akhirat, penenang jiwa dan penguat hati, dan orang yang rutin berdzikir senantiasa mendapatkan ampunan dan kebaikan dari Allah Ta’ala.
Baca Lagi:Bacaan Dzikir Pagi dan Petang Sesuai Sunah Nabi
Manfaat berikutnya dzikir dan doa setelah shalat ialah dapat mengusir dan menjauhkan gangguan setan, dan senantiasa diingat oleh Allah Ta’ala.
Baca Juga:Memprihatinkan, Selama Tahun 2022 Ada 23 Ibu Melahirkan Meninggal, Ini Yang Dilakukan Dinkes Kabupaten PekalonganIcon Replika Alquran Berdiri Megah di Kota Santri, Minuman Keras Tetap Merajalela, Ini Yang Dilakukan Polres Pekalongan
Itulah beberapa manfaat dari dzikir dan doa setelah shalat fardhu. Semoga bisa menjadi amalan rutin kita.
Dzikir dan Doa Setelah Shalat Fardhu Sesuai Sunah
Berikut dzikir dan doa setelah shalat fardhu sesuai sunah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti dilansir almanhaj.or.id:
Ilustrasi berdoa (Sumber foto: freepik.com)
- Dari Tsauban Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat, beliau beristighfar tiga kali dan mengucap:
“اَللّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَـارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَام.”
“Ya Allah, Engkaulah Pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan. Mahasuci Engkau, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan.”
Al-Walid berkata, “Aku berkata pada al-Auza’i: “Bagaimana istighfar itu?” Dia berkata: “Ucapkanlah: “أَسْتَغْفِرُ اللهَ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ.”
- Dari Abu az-Zubair, dia berkata, “Dulu, ketika Ibnu az-Zubair selesai salam pada akhir shalat, dia mengucap:
“لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ، وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.”
“Tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya seluruh kerajaan dan bagi-Nya segala puji. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan (pertolongan) Allah. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan Allah. Kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya nikmat, anugerah, dan pujian yang baik. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan Allah, dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir benci.”