RADARPEKALONGAN.ID – Di tengah kontroversi penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja, mungkin ada baiknya menyimak peristiwa The Reichstag Bloodbath atau pertumpahan darah Reichstag yang terjadi hari ini, 13 Januari, 103 tahun lalu. Insiden ini dikenang masyarakat Jerman sebagai peristiwa demonstrasi buruh paling berdarah dalam sejarah, yang menewaskan banyak demonstran dan polisi Jerman.
Aksi demonstrasi besar-besaran ini sendiri dipicu oleh lahirnya Undang-Undang Dewan Pekerjaan yang dinilai membatasi aktivitas serikat pekerja. Sementara Reichstag sendiri tak lain adalah nama gedung parlemen Jerman yang terletak di Berlin. Para buruh menginginkan setiap kegiatan pengorganisasian pekerja tidaklah dibatasi oleh pemerintah melalui UU Dewan Pekerjaan.
Tuntutan kaum buruh ini pun mendapatkan dukungan penuh dari dari dua partai sayap kiri Jerman, yakni Partai Sosial Demokrat Independen Jerman (USPD) dan Partai Komunis Jerman (KPD). Sejalan dengan aspirasi kaum buruh, dua partai ini mendesak pemerintah untuk tidak membatasi kekuatan pengorganisasian kelompok pekerja.
Baca Juga:Masyarakat Butuh Layanan Cepat, OPD di Kendal Diminta Bertransformasi DigitalProaktif Bantu turunkan stunting, PKK Kendal Masuk 10 Besar Terbaik Jateng
Sementara proses negosiasi Majlis Nasional Weimar yang berupaya memediasi kepentingan pemerintah dengan kaum buruh tak kunjung menghasilkan keputusan, USPD dan KPD yang menjadi partai aliansi kaum pekerja pun menyerukan aksi protes pada 13 Januari 1920 di depan Gedung Reichstag. Sementara lingkungan gedung parlemen saat itu dijaga oleh para Sipo, polisi keamanan yang selama ini diorganisir dan memiliki hubungan yang solid dengan militer.
Menjelang siang pada 13 Januari 2020, massa para pekerja telah berhimpun di depan Gedung Reichstag untuk melaksanakan aksi protes besar-besaran terhadap UU Dewan Pekerjaan. Hal ini membuat banyak perusahaan terpaksa berhenti beroperasi karena ditinggalkan pekerjanya yang ingin berdemonstrasi. Diperkirakan ada lebih dari 100.000 pekerja yang berkonsentrasi di lokasi demo.
Aksi demonstrasi berlangsung hingga sore hari. Selama proses aksi tersebut, insiden gesekan pun mulai terjadi karena tindakan-tindakan saling memprovokasi. Sejumlah tokoh buruh, serta ISPD dan KPD pun bergantian orasi, dan massa buruh tetap berkumpul di alun-alun meski sesie pidato telah berakhir.
Tak cukup di situ, para demonstran juga mulai terlibat ketegangan dengan para Sipo, dengan saling memprovokasi. Beberapa bahkan akhirnya melucuti senjata sipo di jalan.