RADARPEKALONGAN.ID – Permainan lato lato saat ini tengah digemari di Indonesia, baik itu orang dewasa maupun anak-anak ikut memainkannya. Bahkan anak balitapun tidak mau ketinggalan untuk memainkannya.
Namun dibalik keseruan permainan menggunakan dua bola ini, tersimpan bahaya bagi yang memainkannya, jika tidak hati-hati.
Pasalnya, bola yang digunakan cukup keras. Sehingga bila terkana bagian tubuh, bisa menimbulkan rasa sakit, bahkan luka.
Baca Juga:Sobekan IrawanBegini Cara Mudah Dapatkan Saldo DANA Rp50.000 – Rp100.000 Per Hari, Bisa Sambil Rebahan
Karena itulah, permainan lato lato tersebut sebenarnya sangat tidak cocok dimainkan oleh anak balita.
Menurut Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak, DR D. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, permainan lato lato disarankan untuk tidak dimainkan oleh anak usia di bawah lima tahun (balita) karena kemampuan motoriknya belum baik.
Hal itu disebabkan kemamampuan motorik anak balita belum baik, sehingga akan mudah untuk menyebabkan dirinya kena bola.
“Karena itulah, permainan lato lato tidak disarankan untuk dimainkan anak balita. Dengan kemampuan motorik belum baik, mereka akan mudah terkena bola yang dimainkan hingga bisa menyebabkan lebam-lebam, karena saking kencang dan terlepas (bola),” ungkap Ketua Bidang 3 Pengurus Pusat IDAI ini.
Untuk itu, orangtua harus mempertimbangkan sejumlah hal sebelum membolehkan anak memainkan lato-lato, salah satunya kemampuan motorik halus.
“Kemampuan motorik halus melingkupi keterampilan fisik melibatkan gerakan yang menuntut koordinasi mata dan tangan,” katanya.
Selain kemampuan, pertimbangan lain membolehkan anak-anak memainkan lato-lato yakni saat mereka sudah paham kala mendapatkan edukasi khususnya cara bermain dengan aman dan bahayanya.
Baca Juga:Catat Ini, Tanggal Cuti Bersama Imlek 2023 dan Sejumlah Hari Besar LainnyaSeratusan Nelayan Geruduk Kantor Bupati, Tolak PNBP 10 Persen
“Permainan lato-lato, sebenarnya juga dapat melatih daerah tangan, dari lengan sampai jari-jari dan melatih tangan bergerak. Namun, tentunya jika tahu cara memainkannya dengan aman,” jelas Bernie.
Permainan yang pernah populer pada 1960 hingga 1970-an itu juga melatih ketepatan yakni bagaimana seorang anak bisa memperkirakan bola ini bisa bertemu, konsentrasi, dan keseimbangan.
Menurut Bernie, anak usia sekolah dan remaja termasuk yang dibolehkan memainkannya karena tahu bahayanya dan memiliki kemampuan untuk mengontrol yakni motor halus dan kasar.
“Pada usia sekolah atau usia remaja tentunya boleh. Tetapi, ada pendampingan orang tua. Jadi, anak mengerti. Atau kalau belum terampil jangan terlalu kencang dulu nanti bisa mencederai diri sendiri,” kata Bernie.