Fakta Psikologi tentang Cinta – Banyak orang memiliki pandangan yang berbeda atas apa sebenarnya cinta itu. Dari orang biasa hingga pakar psikologi dan filsuf memiliki cara yang berbeda untuk mengartikan cinta.
Tapi yang pasti, cinta adalah sesuatu yang smua makhluk hidup miliki. Cinta adalah perasan abstrak, emosi positif yang bisa membuat makhluk hidup melakukan sesuatu lebih dari batas kemampuan mereka sendiri.
Selain wujud emosi kasih sayang, cinta juga bisa dilihat dari sisi psikologi. Fakta psikologi tentang cinta ini mungkin saja sudah kamu rasakan, tapi kamu tidak paham maksud dan artinya.
Baca Juga:2 Tipe Coping Strategy, Bagaimana Caramu Bertahan dalam Tekanan?Prokrastinasi: Kebiasaan Nunda Melulu Sampai Enggak Punya Waktu!
Berikut ada sedikit rangkuman tentang fakta psikologi tentang cinta yang mungkin belum kamu ketahui.
Fakta Psikologi tentang Cinta
Cinta pada Pandangan Pertama Nyata Adanya
Sering kali kita melihat film atau buku yang tokoh utamanya merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Gemas, kadang kita tidak mempercayai mengapa mereka begitu mudah jatuh cinta. Tapi hal itu ternyata benar terjadi di dunia nyata.
Infatuation jadi istilah lain cinta pada pandangan pertama. Disebut seperti itu karena hanya memiliki satu elemen, yaitu gairah. Tipe cinta ini kerap dianggap cepat pudar karena komponen gairah, yaitu ketertarikan secara fisik tanpa adanya komitmen secara emosional.
Sehat Mental bagi yang Memiliki Cinta
Jika kamu bisa mencintai seseorang, berarti mental kamu sehat. Tidak hanya dengan kekasih, membangun serta menjaga hubungan dengan keluarga dan teman juga eranda kamu memiliki mental yang sehat.
Cinta yang diberikan dari orang yang bermental sehat adalah cinta yang tidak bersyarat, tidak cacat, dan tidak mengikat. Cinta yang diberikan atas kondisi dan kewajiban tidak mengharapkan timbal balik. Itu yang disebut cinta yang tulus.
Friendzone Hanyaah Istilah Belaka
Sama seperti cinta pada pandangan pertama, friendzone sebenarnya hanya perasaan emosional dengan gairah. Pelaku pemberi cinta ingin merasa dekat dengan orang yang disukainya secara emosional dan fisik, tapi tidak ada komitmen di sana.
Dalam friendzone, kita mungkin hanyalah seorang teman yang mencoba untuk membuat “dia” nyaman dengan kasih sayang yang kita punya tanpa didampingi dengan komitmen.