Radarpekalongan.id – Perkembangan dan inovasi di dunia teknologi seperti tak ada hentinya merambah setiap sektor kehidupan manusia. Terbaru teknologi robot sudah merambah ke dunia hukum yakni sebagai robot pengacara.
Robot ini dirancang oleh perusahaan DoNotPay yang didirikan oleh Joshua Browder sewaktu ia masih menjadi mahasiswa Stanford University tahun 2015 lalu.
Dikutip dari akun instagram @ngomonginuang, Robot pengacara tersebut, dilaporkan akan hadir untuk pertama kali di persidangan resmi. Detail persidangan masih dirahasiakan, namun dipastikan robot tersebut akan hadir di persidangan Amerika Serikat Februari 2023 mendatang.
Baca Juga:Update Penambahan Calon Wakil Ketua Umum dan Exco PSSI: Bambang Pamungkas dan Ponaryo Daftar Calon Wakil KetuaHarry Maguire dan 6 Pemain Manchester United Ini Masuk Daftar Jual
Namun jangan dibayangkan bahwa robot yang dimaksud berbentuk fisik. Robot tersebut ditanamkan dalam smartphone dan beroperasi menggunakan kecerdasan buatan (AI). Sehingga pengguna robot pengacara harus membawa smartphone dalam persidangan.
Melalui smartphone, robot akan mendengarkan semua perkataan hakim, jaksa, saksi, terdakwa dan semua yang ada di dalam peesidangan. Setelah itu, sang robot akan melakukan analisis dan menyusun argumen untuk klien. Tak hanya itu, jika ada yang belum jelas robot juga bisa bertanya pada hakim atau jaksa.
DoNotPay mengklaim, robot yang mereka buat dapat menangani berbagai kasus hukum diantatanya konflik dalam perusahaam, birokrasi, penggelapan uang maupun menuntut orang lain. Robot tersebut juga diklaim telah mempelajari seluruh undang-undang di Amerika Serikat.
Menurut pendirinya, Joshua Browder, robot ini dapat terus menerus dilatih persoalan hukum. Sehingga tidak menutup kemungkinan di masa depan cakupan persoalan hukum yang dapat ditangani robot ini akan lebih luas.
Penciptaan robot tersebut memiliki visi untuk membantu orang-orang melawan penindasan korporasi, mengalahkan birokrasi, dan melalukan tuntutan dengan hanya menekan satu tombol.
Lantas berapa biaya menyewa robot tersebut? Dalam situsnya robot ini menerapkan sistem berlangganan (subscription) dengan biaya 36 dolar AS atau Rp550 ribu per tiga bulan. Biaya ini lebih murah dibandingkan rata-rata biaya pengacara di Amerika yang mencapai 50 dollar atau Rp750 ribu hingga ratusan juta per jam.
“Ini semua tentang bahasa, dan itulah yang dikenakan biaya ratusan atau ribuan dolar per jam kepada pengacara,” kata Browder. Dia juga meyakini, robot tersebut akan menggantikan pengacara di masa depan.(nul)