Lama-lama Tri Dharma seperti agama tersendiri. Bahkan sempat ada yang ingin membuat kitab suci Tri Dharma. Ongko Prawiro jadi ketua umumnya. Anda sudah kenal Ongko: ia orang kaya yang punya anak 39 orang. Dari 4 istri. Bukan karena mau poligami, tapi untuk mistis. Ia percaya: istri tuanya akan meninggal kalau ia tidak kawin lagi. Pun istri keduanya dan ketiganya.
Ayah Ongko termasuk orang terkaya di Surabaya. Ia tuan tanah. Hampir separo Kembang Jepun milik ayah Ongko. Raja tanah. Setara dengan Baswedan, kakek Anies Baswedan.
Ongko punya hotel terbaik di Surabaya pada zamannya: Hotel Olympic Keputran. Ia juga punya hotel Niagara di Lawang, Malang, yang unik itu.
Baca Juga:Siap-siap, Pemilik Kendaraan Pribadi di Batang dan Pekalongan Hanya Bisa Beli 60 Liter Solar Subsidi Setiap HarinyaNgaji Wagiman
Anak-anak Ongko tidak ada yang mau jadi ketua umum Perhimpunan Tempat Ibadat Tri Dharma (PTITD) se-Indonesia. Sekaligus Ketua Umum Majelis Rohaniwan Tri Dharma Se-Indonesia (Martrisia).
Sejak Ongko meninggal sudah ditunjuk pejabat ketua umum: Ko Sik Kian. Rupanya ada yang tidak sepakat. Sekelompok pengurus mengangkat David dari Magelang sebagai ketua umum.
Ko Sik Kian memang aktif di Tri Dharma tapi bukan kelompok orang kaya. David kaya raya. Punya bisnis karoseri terkenal di Magelang.
Kedua kubu tidak bisa bersatu.
Memang segera ada Muktamar Tri Dharma. Sebentar lagi. Setelah Cap Go Meh. Mungkin tanggal 14 Februari. Bisa saja Muktamar itu jadi jalan penyatuan. Atau justru resmi menjadi dua.
“Kalau saya sudah bulat akan independen saja,” ujar Tony, pimpinan Kelenteng Gudo, luar kota Jombang.
Setelah reformasi tahun 1998, zaman berubah. Pun soal keagamaan. Konghucu sudah diakui sebagai agama resmi. Oleh Presiden Gus Dur. Konghucu tidak perlu lagi bersembunyi di balik Tri Dharma.
Budha juga sudah punya organisasi sendiri. Bahkan tidak satu. Konghucu juga sudah punya organisasi sendiri: Matakin. Hanya Tao yang belum terdengar punya organisasi mandiri.
Baca Juga:Kades Tuntut Perpanjangan Masa Jabatan, Mendes PDTT Berjanji akan Perjuangkan, Ini AlasannyaAwas Bisa Berbahaya, Permainan Lato lato Tidak Cocok Dimainkan Anak Balita, Ini Penyebabnya
Meski memisahkan diri dari Tri Dharma, kelenteng Gudo tidak akan jadi Tao, Konghucu atau Buddha. “Kelenteng Gudo akan jadi kelenteng untuk semua,” ujar Tony.
Ia menceritakan, kalau di satu kelenteng hanya ada patung Buddha, yang datang tidak banyak. Pun kalau hanya ada patung Konghucu.