KAJEN,Radarpekalongan.id – Dukuh Simonet di Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, ‘nyaris’ tenggelam. Hampir sebagian besar daratan di pedukuhan ini terendam air. Di Dukuh Simonet sekarang hanya ditempati oleh tiga kepala keluarga (KK).
Oleh karena itu, pada Pemilu 2024, KPU Kabupaten Pekalongan akan memindah tempat pemungutan suara (TPS) di Dukuh Simonet ke Desa Semut. Pertimbangannya, selain jumlah pemilih sangat sedikit, akses menuju ke pedukuhan itu sulit. Daratan di Dukuh Simonet pun kian terbatas, karena sebagian besar wilayahnya terendam air sehingga sulit mendirikan TPS di sana.
“Untuk di Simonet dulu ada pemilih di sana. Jumlah pemilihnya sebanyak 168 orang. Kemarin di pemilu bupati masih bisa didirikan TPS. Untuk pemilu 2024 ini ternyata di dua RT tersebut mengalami abrasi, sehingga tidak memungkinkan lagi didirikan TPS karena warganya sebagian besar sudah meninggalkan Dukuh Simonet. Sebagian besar masuk ke Desa Semut. Sehingga TPS akan direlokasi ke Semut,” ungkap komisioner KPU Kabupaten Pekalongan Ahsin Hana, Selasa (24/1/2023).
Baca Juga:Jaring Kuota Perempuan, Bawaslu Kabupaten Pekalongan Perpanjang Rekruitmen PKDCiri-Ciri Rezeki yang Berkah, Hati Tenang dan Selalu Merasa Cukup
Disebutkan, pada pemilu sebelumnya di Dukuh Simonet terdapat 70 kepala keluarga, dengan jumlah daftar pemilih tetap ada 168 orang. Ratusan pemilih ini tersebar di dua RT di pedukuhan tersebut, yakni di RT 14 dan RT 15.
“Di sana kan ada dua RT. Yang satu sekarang hanya ada dua KK, RT satunya lagi hanya tinggal 1 KK. Di dua RT itu saat ini hanya ada 3 KK. Jumlah jiwanya juga ndak banyak. Rencana untuk pemilu 2024 TPS yang ada di Dukuh Simonet akan kita relokasi ke RT 3 RW 1 di Desa Semut,” terang Ahsin, yang meninjau Dukuh Simonet bersama komisioner KPU Kabupaten Pekalongan Lailatul Izzah, PPK, dan jajaran KPU Jateng.
Berdasarkan pantauannya ke sana, situasi di Dukuh Simonet sudah berbeda jauh dibandingkan jelang pemilu sebelumnya. Sebagian daratan di wilayah itu sudah terendam air. “Kalau ke sana sebelum pemilu kemarin kan ada lokasi tanah yang dibuat jalan ternyata sekarang pun air. Dulu yang ke sana naik kapal kecil, saat turun pun jalannya sudah tertutup air. Aksesibilitasnya sulit. Ada juga yang jalan muter lewat ke Depok, lewat pinggir pantai, sekarang juga putus karena abrasi,” tutur dia. (had)