BATANG – Kasus tawuran pemuda di perbatasan Batang dan Pekalongan, Jumat (13/1/2023) menyebabkan satu korban meninggal dunia. Setelah diselidiki, tawuran tersebut dilatarbelakangi untuk membuat konten di media sosial.
Menanggapi hal tersebut, Dewan Pakar DPP PKS, Rizal Bawazier turut prihatin. Ia menyayangkan, jika kasus yang merenggut nyawa salah satu pemuda tersebut dipicu karena ingin membuat konten.
Ia pun berharap, orang tua dan guru bisa lebih melek teknologi dan tidak gaptek. Sehingga bisa lebih memantau aktivitas anak di media sosial mereka. Sehingga bisa diarahkan untuk hal-hal yang lebih positif.
Baca Juga:Wisata Ceko Agro Park Batang Dibuka, Cuma 15 Menit dari Alun-alun BatangLOKER PEKALONGAN : Ingin Jadi Karyawan Arief Muhammad? Cek Loker Bakso Aci Akang Pekalongan
“Ternyata hal tersebut dilakukan untuk bagian pembuatan konten. Mereka ini harus butuh perhatian lebih dari orang tua dan juga sekolah. Orang tua dan guru juga harus melek teknologi dan tidak gaptek. Sehingga mereka bisa mengawasi dan bisa mengarahkan potensi anak ke sisi positif,” ujarnya.
Dikatakannya, melihat inisiatif pembuatan konten, seharusnya pelajar tersebut memiliki potensi yang harus dikembangkan. Namun memang jalan yang telah mereka ambil tersebut kurang tepat. Sehingga sudah menjadi tugas orang tua dan sekolah untuk mengembangkan potensi mereka ke arah yang positif.
“Di sekolah mereka didorong untuk tidak meningkatkan hardskill tapi juga soft skill. Dan softskill tersebut bisa dikembangkan dengan dukungan kemajuan IT. Nah orang tua dan guru perlu tau juga perkembangan IT, untuk bisa mengetahui apa sih sebenarnya yang sering anak akses di IT, sehingga dari minat tersebut bisa diarahkan,” imbuhnya.
Politisi PKS Kabupaten Batang, Sidqon Hadi menyebut kasus tersebut dapat terjadi lantaran kemajuan IT yang tidak diimbangikeluasan pengetahuan, kematangan intelektual, serta kepribadian. Oleh karenanya, peran serta orang tua dan guru masih diperlukan untuk mengarahkan anak agar bisa memanfaatkannya secara positif.
“Perkembangan IT ini menjadikan orang berbuat sesuatu hnya didasari “mencari efek” tenar saja, maka seseorang berani menerjang resiko apapun, termasuk menghalalkan segala cara. Oleh karenanya, mereka ini perlu turut dibimbing oleh orang tua dan guru, dan guru juga harus lebih melek, sehingga bisa mengarahkan lebih baik.