Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), secara etimologis kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat istiadat. Adat istiadat selanjutnya kita katakan peradaban, Peradaban selanjutnya kita istilahkan dengan kata karakter. Karakter akan menurun apabila di masyarakat terjadi demoralisasi. Banyak orang bijak mengatakan bahwa faktor karakter adalah hal pokok yang harus dibangun terlebih dahulu agar bisa membangun sebuah masyarakat yang tertib, aman, dan sejahtera.
Konon, para orang tua di Jepang pertama-tama tidaklah terlalu mencemaskan anak-anaknya jika mendapatkan nilai matematika, Bahasa Inggris, Fisika, atau lainnya yang rendah, karena kekurangan ini bisa dikejar dengan bimbingan belajar hingga les privat. Namun mereka akan cemas saat mengetahui anaknya tak mau antre saat membeli makanan, dan atau sejenisnya, karena ini terkait dengan karakter yang menjadi modal bagi masa depan si anak, dan terutama masa depan peradaban Jepang.
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, pendidikan karakter juga sejatinya menempati masalah yang pokok, meski dalam implementasinya mungkin masih menghadapi banyak kendala. Dalam perkembangannya baru-baru ini misalnya, para stakeholder pendidikan di Indonesia juga dihadapkan pada pandemi Covid-19, yang amat berpengaruh terhadap keberlangsungan pendidikan karakter bagi siswa.
Baca Juga:Everything Everywhere All at Once Sabet 11 Nominasi Oscar 2023, Sudah Nonton Filmnya?[CERBUNG] Sang Pemandu Lagu
Salah satu masalah utamanya yakni karena model pembelajaran yang sementara waktu tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka seperti biasanya, diganti dengan pembelajaran jarak jauh (daring). Akibatnya, siswa tidak bisa bertatap muka langsung dengan para gurunya. Lebih lanjut, pembiasaaan pendidikan karakter yang selama ini diterapkan tidak bias dipraktikkan bahkan dilarang, seperti bersalaman, berkumpul, berdoa bersama, dan membaca asmaul husna.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia Sekolah Dasar (SD). Karena usia SD merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Kegagalan penanaman karakter pada usia SD, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Oleh karena itu, penanaman karakter mulia melalui pendidikan karakter sedini mungkin diberikan kepada anak usia SD adalah kunci utama untuk membangun suatu bangsa.