Demikian juga ketika seorang rohaniwan dari suku lain melewatinya. Melengos. Tidak mau menolong.
Lantas lewatlah orang Samaritan. Sang Samaritan berhenti. Ia obati orang itu. Ia beri minum. Ia gendong. Ia bawa ke penginapan. Sang Samaritan berpesan pada pemilik penginapan: . rawatlah lelaki itu. Sampai sembuh. Semua biaya tagihkan pada sang Samaritan.
Ayat itu punya asbabunnuzul-nya sendiri. Injil –sebagaimana Alquran– mengajarkan agar kita bersaudara baik dengan tetangga. Lantas seorang pengacara bertanya dengan kritis: siapa yang disebut tetangga itu. Apakah yang tinggal di sebelah rumah saja?
Baca Juga:Waduh, 569 Pasangan di Daerah Ini Minta Dispensasi Nikah, Ternyata Sudah Hamil DuluanHibah Salah
Samaritan bukan tetangga rumah lelaki malang itu. Juga tidak kenal. Tapi mau menyelamatkannya. Seperti itulah yang disebut bertetangga.
Siapa Samaritan? Sampai Brandon pun digelari A Good Samaritan?
Samaritan bukan orang. Dalam bahasa Alquran disebut As Sammariyyun. Banyak tafsir siapa yang dimaksud Sammariyyun. Umumnya sepakat bahwa itu salah satu suku di bagian utara Israel. Yakni mereka yang menyatakan diri masih mengikuti ajaran murni Ibrahim. Jumlahnya tidak banyak. Selalu pindah karena terusir.
Tentu sebagai keturunan Taiwan, Brandon tidak akan mengaku keberaniannya malam itu berkat inspirasi dari As Sammariyyun.
Brandon punya definisi sendiri soal keberanian:
“Keberanian bukan berarti tidak ada ketakutan, tapi kemampuan memanajemen kesulitan dalam ketakutan ketika situasi menakutkan terjadi,” katanya.
Saya mengulangi kalimat itu sampai tiga kali. Hanya perusuh Disway yang sekali baca langsung mengerti. (Dahlan Iskan)