Tim UIN Gus Dur Berbagi Pengalaman Pengelolaan Madrasah Diniyah ke EMIA Davao Filipina

Tim UIN Gus Dur Berbagi Pengalaman Pengelolaan Madrasah Diniyah ke EMIA Davao Filipina
Tim UIN Gus Dur berbagi pengalaman Pengelolaan Madrasah Diniyah ke EMIA Davao, Filipina, baru-baru ini. (Dok/Uin Gusdur)
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Dua Dosen UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan (UIN Gus Dur) membagikan pengalaman tentang pengelolaan madrasah diniyah ke Eastern Mindanao Islamic Academy (EMIA), Filipina, pada hari Selasa (24/1/2023).

Mereka adalah Dr. H. Muhlisin, M.Ag. dan Muhammad Jauhari Sofi, M.A. dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Kunjungan ini merupakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) kluster internasional yang berfokus pada pendampingan madrasah atau sekolah Islam. Kegiatan di EMIA dikemas dalam bentuk diskusi santai bersama dengan para pengelola dan guru EMIA.

Baca Juga:Dandim Pekalongan Pimpin Upacara Tradisi Masuk Satuan 36 Bintara dan Tamtama BaruSeorang Kakek di Kota Pekalongan Curi 4 Motor dalam Satu Bulan

Dalam diskusi tersebut, Syeikh Samer Udasan selaku Direktur EMIA menuturkan bahwa EMIA merupakan madrasah tradisional yang beroperasi hanya di akhir pekan, yakni Sabtu dan Minggu. EMIA berfokus pada materi keislaman dan menyertakan mata pelajaran non-keislaman tertentu (matematika dan sains) khusus untuk kelas tingkat bawah.

“Mayoritas siswa di EMIA ini adalah siswa nglaju. Setiap akhir pekan, mereka datang di pagi hari dan pulang di sore hari. Para lulusan EMIA tidak dapat melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi jika mereka tidak mengikuti pendidikan formal di sekolah-sekolah Filipina. Sekolah ini memfasilitasi siswa-siswi Muslim yang ingin mempelajari Islam dan pada saat yang sama tetap belajar di sekolah-sekolah sekuler,” terangnya, dalam rilis yang diterima Radar Pekalongan.

Dr. H. Muhlisin, M.Ag. selaku ketua tim UIN Gus Dur menjelaskan bahwa Indonesia juga memiliki jenis madrasah tradisional sebagaimana di Filipina. “Madrasah tradisional ini banyak dijumpai di Indonesia, terutama di daerah perdesaan. Kami biasa menyebutnya Madrasah Diniyah Takmiliyah. Hanya saja, kegiatan belajar mengajar berlangsung di siang hari hingga sore hari, dari Sabtu hingga Kamis. Jadi, dari pagi hingga siang, siswa-siswi Muslim di Indonesia belajar di sekolah modern (formal), dan sebagian dari mereka masih melanjutkan ke madrasah diniyah hingga sore hari,” ungkapnya.

Sementara itu, Muhammad Jauhari Sofi, M.A. sebagai anggota tim mengatakan bahwa Indonesia juga memiliki lembaga pendidikan Islam, bernama pesantren, yang secara penuh mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.

0 Komentar