Gegara Pamrih, Orang Kaya Ini Datang Bawa Kambing Pulang Tenteng Singkong

Gegara pamrih
Perbuatan yang dilakukan secara ikhlas atau pamrih akan memiliki dampak yang berbeda. (Foto: https://perduki.org/)
0 Komentar

Diceritakanlah secara lengkap kronologi kambing yang kini dibawa Ahmad. “Wah, untung temen kamu Mad. Cuma modal singkong kok bisa dapat kambing.” Begitu cletukan Paijo yang dikenal hobi nyinyir, sebelum kembali melanjutkan perjalanan.

Cerita Ahmad soal datang bawa singkong pulang bawa kambing ini rupanya mengusik hati Paijo. Orang kaya yang dikenal pelit ini pun lantas menemukan ide yang menurutnya gemilang.

“Ahmad sowan ke Pak Kiai cuma bawa singkong, eh pulangnya dikasih kambing. Wah, kalau aku bawakan Pak Kai kambing, bisa dapat apa ya? Bisa entuk sapi iki.”

Baca Juga:Soal Mencarikan Pondok untuk Anak, Begini Pesan Kiai Achmad CharirBupati, Ketua DPRD Hingga Dandim Angkat Topi untuk Aksi Humanis Polres Batang

Finally, Paijo pun mendatangi kediaman Kiai Fulan dengan menenteng seekor kambing miliknya. Dia lantas menyerahkan kambing itu ke Pak Kiai sebagai hadiah, sekaligus minta didoakan agar rezekinya semakin lapang.

Saat pamit pulang, seperti halnya Ahmad, Paijo pun ditahan Pak Kiai. “Wah, ini mesti mau dikasih hadiah Pak Kiai,” batin Paijo.

Tidak lama istri Pak Kiai menenteng seikat singkong dan menyerahkannya ke Pak Kiai. “Mas Paijo, ini ada rezeki, monggo dibawa pulang ya,” ujar Kiai Fulan sambil menyerahkan seikat singkong ke Paijo.

Mak tratap, jantung Paijo pun langsung berkontraksi hebat, sampai menekan paru-parunya. Sesaat ia sampai seperti sulit bernafas, sehingga wajahnya pun sedikit tampak pucat dan tegang. “Kenapa Mas Paijo, sakit ya?”

Pertanyaan Pak Kiai membuat Paijo tersadar dan lantas berjuang menenangkan dirinya. “Mboten Pak Kiai, cuma saya terharu dikasih hadiah sama Pak Kiai. Mugi-mugi berkah.” Jawaban Paijo dengan melempar senyum. Sayangnya, otot wajahnya masih tampak menegang. Yang jelas, ia mulai merasakan dampak fisiologis maupun psikologis yang ditanggung kontan gegara pamrih.

Alhasil, Paijo pun pulang sambil menenteng singkong. Langkah kakinya terasa berat, memikirkan kejutan yang diterimanya dari Kiai Fulan. “Wes nggowo wedus angel-angel, eh entuk’e mung po’ung. Apes apes…” Ya, Paijo membawa pulang rasa kecewa, gegara pamrih niat awalnya.

Begitulah kisah dua orang dengan tindakan yang sama, tetapi memiliki motif yang berbeda. Ahmad yang niatnya sowan dan membawa singkong untuk bebungah (bisyaroh) kiainya, ternyata tidak hanya membuat Kiai Fulan senang. Ia bahkan menerima hadiah yang tak pernah dibayangkannya.

0 Komentar