Burnout bukanlah gangguan yang menyerang secara tiba-tiba. Sebaliknya, pikiran, perasaan, dan tindakanmu berkembang melalui serangkaian tahapan.
Berada di tahap awal mungkin membuatmu tidak merasakan banyak hal. Akan tetapi, pada akhirnya, kamu bisa bergerak ke tahap burnout yang lebih tinggi dan membuatmu kesulitan untuk menjalankan pekerjaanmu. Berikut merupakan lima fase burnout yang perlu kamu ketahui.
Fase Honeymoon
Sebagaimana dalam pernikahan, fase bulan madu pada burnout juga identik dengan energi yang memuncak dan optimisme. Kamu merasa bersemangay baik untuk memulai pekerjaan baru atau menangani hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Baca Juga:Orang Depresi Menghindari 4 Kebiasaan Ini! Bagaimana Denganmu?6 Tanda Hikikomori, Ketika Seseorang Menarik Diri dari Sosial
Dalam fase ini, kamu mematok kepuasan pada produktivitas dan kemampuanmu untuk menyelesaikan berbagai tugas tersebut. Akan tetapi, sebagai akibatnya, ketika kamu tidak mampu mencapai hal itu, kamu akan mengalami perasaan tidak nyaman seperti kecewa, marah, hingga merasa tertekan.
Fase Stres Awal (Ringan)
Energi dan antusiasme yang kamu miliki perlahan memudar, dan kamu mulai mengalami stres. Kamu mungkin tidak merasakannya setiap saat di setiap harinya, tetapi di saat-saat kamu memiliki pekerjaan yang lebih banyak.
Saat tahap ini dimulai, kamu perlu memperhatikan tanda-tanda fisik atau mental. Kamu mungkin mulai kehilangan fokus dengan lebih mudah atau menjadi kurang produktif saat menyelesaikan tugas.
Secara fisik, kelelahan bisa mulai merasuk sehingga membuatmu lebih sulit tidur atau menikmati aktivitas di luar pekerjaan. Kamu juga mungkin mengalami masalah kesehatan yang mengganggu seperti kesulitan tidur, sakit kepala terus menerus, dan lainnya.
Fase Stres Kronis
Kamu dimungkinkan mencapai titik di mana stres menjadi lebih persisten atau kronis. Saat tekanan yang kamu miliki meningkat, stres kemungkinan besar akan memengaruhi pekerjaanmu secara konsisten.
Contohnya termasuk perasaan apatis, tidak menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, terlambat bekerja atau menunda-nunda tugas. Secara sosial, kamu dapat menarik diri dari percakapan normal terkait pekerjaan, bisa jadi karena muak terhadap hal tersebut.
Dalam kasus lain, kamu mungkin menjadi marah dan terlalu emosial terhadap rekan kerja. Terkadang, perasaan ini mengikutimu meski sudah meninggalkan tempat kerja, sehingga dapat memengaruhi hubunganmu dengan teman dan keluarga.