Tidak ada kepastian, tetapi tidak ada tanda penolakan yang jelas. Pernahkah kamu berada di hubungan dengan kebimbangan yang demikian? Kamu mungkin tidak sadar bahwa kamu sedang menjadi korban love curving.
Mengapa Love Curving Jahat?
Mengapa love curving merupakan hal yang jahat. (Sumber: freepik.com)
Love curving merupakan istilah yang pertama kali muncul pada tahun 2017 melalui publikasi Brittany Cox of Thoughts Catalog. Istilah ini menggambarkan fenomena di mana seseorang melakukan penolakan terhadap orang lain, biasanya dalam hal cinta atau ketertarikan. Namun, tidak ada ketegasan dalam penolakan tersebut. Orang justru melakukannya dengan halus, bahkan sampai tidak disadari oleh orang yang ditolaknya.
Orang yang melakukan love curving biasanya masih tetap menanggapimu, membalas pesan yang kamu kirimkan atau bahkan menghabiskan waktu bersama. Akan tetapi, ketika topik yang menuju pada status atau perasaan dibawa ke tengah-tengah kalian, dia mencoba mengubah arah pembicaraan.
Baca Juga:Canggung Sama Teman Lama? Ikuti 5 Cara Ini Biar Nggak AwkwardRetroactive Jealousy, Bahaya Cemburu Sama Masa Lalu Pasangan
Love curving dinilai lebih buruk daripada ghosting. Sebab, ketika orang melakukan ghosting, dia benar-benar menghilang dari pandanganmu tanpa penjelasan atau ungkapan selamat tinggal. Kamu bisa menyadari perbuatannya dengan segera.
Akan tetapi, ketika seseorang melakukan love curving, dia terus meresponsmu bahkan selayaknya orang yang memiliki hubungan dekat. Akan tetapi, meraka menolak hal apa pun yang mengarah pada komitmen. Love curving akan membuatmu terus berharap karena hubungan kalian berjalan secara abu-abu. Kamu tidak mendapat kejelasan apakah harus mundur atau maju.
Kamu bisa terjebak dalam perilaku ini dalam beberapa pekan, bulan, atau waktu yang tidak bisa ditentukan. Dia mungkin akan menjauh, tetapi secara perlahan dan bersama dengan proses itu, bisa jadi harapanmu terus terpupuk dengan subur.
Orang bisa jadi melakukan love curving karena berpikir bahwa penolakan secara tegas akan membuatmu terluka, sehingga memilih untuk menyelamatkanmu dengan melakukannya sehalus mungkin.
Padahal, kenyataannya adalah orang-orang takut akan konfrontasi, begitu ungkap seorang psikolog klinis di Philadelphia, Ann Rosen Spector, PhD. Sehingga, dibanding mengatakan, “aku tidak memiliki perasaan yang sama”, mereka memilih menghindar dengan mengatakan, “aku akan menghubungimu nanti’.