Setiap hari kita dihadapkan pada banyak situasi untuk membuat keputusan. Beberapa di antaranya relatif kecil, seperti memutuskan apa yang akan dikenakan, menu makan siang, aktivitas untuk mengisi waktu luang, dan lainnya. Sedang sisanya cukup sulit untuk dihadapi dan membutuhkan waktu. Inilah yang kemudian memunculkan masalah decision making.
Ketika membuat keputusan, orang mengalami proses mental yang dipengaruhi oleh bias, alasan, emosi, hingga ingatan. Pendukung sederhana bagi orang untuk bisa mengambil keputusan adalah kesadaran bahwa mereka memiliki kehendak bebas.
Dalam membuat keputusan, orang umumnya mempertimbangkan banyak hal, mulai dari manfaat, bahaya, biaya, untung dan rugi, hingga dampaknya lebih jauh lagi.
Baca Juga:Jahatnya Love Curving, Menjebakmu dalam Permaianan PerasaanCanggung Sama Teman Lama? Ikuti 5 Cara Ini Biar Nggak Awkward
Namun, decision making atau membuat keputusan sering kali menjadi hal yang tak mudah, terlebih karena ada faktor-faktor yang membatasi kemampuan orang untuk membuat keputusan yang baik.
Heuristik
Masalah decision making seringkali merupakan hasil dari terlalu mengandalkan jalan pintas yang telah berhasil di masa lalu. Heuristik merupakan semacam jalan pintas mental atau aturan praktis yang kita gunakan saat membuat penilaian atau keputusan. Heuristik ini membantu meringankan beban mental saat membuat pilihan, tetapi juga dapat menyebabkan kesalahan.
Orang melakukan kilas balik terhadap suatu hal di masa lalu dan menggunakannya sebagai acuan untuk membuat keputusan di situasi yang kebih baru.
Memang, terdapat manfaat dari adanya heuristik. Pertama, heuristik memungkinkan orang untuk mencapai kesimpulan dengan cepat. Kedua, heuristik juga cenderung cukup sering ikut campur. Akan tetapi, sebagaimana jalan pintas lainnya, heuristik pun dapat membuat orang melakukan kesalahan dalam menilai situasi.
Dua jenis jalan pintas mental yang umum adalah:
Heuristik Keterwakilan: Berkaitan dengan penilaian terhadap kemungkinan suatu peristiwa berdasarkan hal serupa atau mirip yang pernah terjadi. Yang buruk adalah ketika orang menggantungkan suatu situasi berdasarkan hal yang sifatnya kebetulan. Sebab, kebetulan atau keberuntungan bukan sesuatu yang pasti akan terjadi lagi.
Heuristik Ketersediaan: Heuristik ini melibatkan penilaian atas kemungkinan suatu peristiwa berdasarkan seberapa cepat orang mengingat peristiwa serupa. Misalnya, karena kecelakaan pesawat sangat terkenal dan menempel di ingatan, orang menyimpulkan bahwa kecelakaan pesawat lebih sering terjadi daripada sebenarnya.