KAJEN, Radarpekalongan.id – Minyak goreng bersubsidi dengan kemasan MinyaKita di Kabupaten Pekalongan kini sulit dicari di pasaran. Jika pun ada toko yang menjual MinyaKita pembeliannya dibatasi dengan harga di atas HET Rp 14 ribu.
Berdasarkan pantauan di pasar tradisional, tidak semua toko grosir di pasar tradisional di Kabupaten Pekalongan memiliki stok MinyaKita. Ada beberapa toko yang menjual minyak bersubsidi ini. Namun pembeliannya dibatasi. Setiap orang, hanya dibatasi 6 kantong ukuran 1 liter MinyaKita. Harganya pun sudah tak sesuai HET lagi. MinyaKita per liter dijual Rp 15.500.
“Lha ada tulisan Rp 14 ribu kok, jualnya lagi kita bagaimana,” keluh salah seorang pembeli.
Baca Juga:Operasi Keselamatan Lalu Lintas Candi 2023 Dimulai, Ini WaktunyaSiap Awasi Pemilu 2024, Bawaslu Kabupaten Pekalongan Lantik 285 Anggota Panwaslu Desa/Kelurahan
“Dari sananya sudah Rp 15 ribu, jualnya ya Rp 16 ribu,” sahut penjual.
Di pasaran saat ini kembali dibanjiri minyak goreng yang dulu sempat ‘menghilang’. Berbagai merek terkenal seperti Hemart, Bimoli, Sunco, dan lainnya muncul kembali. Harganya mahal. Di kisaran Rp 17 ribu perliter hingga Rp 22 ribu per liter di tingkat eceran.
Minyak kemasan menjadi pilihan ibu rumah tangga. Karena bisa dibeli dengan ukuran kecil seperti 1/4 kg. Harga minyak curah di kisaran Rp 17 ribu per liter. Namun untuk pembelian dalam kemasan 1/4 liter, harganya rata-rata Rp 4.500.
“Ya beli yang terjangkau saja. Yang penting bisa buat nggoreng,” kata Yani (35), ibu rumah tangga di Desa Karangsari, Kecamatan Karanganyar.
Banyak kaum ibu mengeluhkan kembali mahalnya harga minyak goreng di pasaran. Mereka menilai program minyak goreng bersubsidi hanya pelipur lara sesaat agar saat itu tak ada gejolak di tengah-tengah masyarakat.
“Pasrah mawon wong wonten pemerintah sing ngatur. Mugo rezeki lancar mawon,” ujar Yani.
Selain minyak goreng, lonjakan harga beras juga paling dikeluhkan ibu rumah tangga. Harga beras di tingkat eceran rata-rata sudah Rp 13 ribu per kilo. Di tingkat pengecer, harga telur masih stabil di kisaran Rp 27.500 per kilo. Demikian juga gula pasir masih bertahan di Rp 13.500 per kilo di tingkat eceran. (had)