“Lah terus maunya apa?”
“Pokoknya aku bilang terserah ya terserah.” Kali ini giliran tensinya meninggi, sedikit mengaum. Dan cerita pun berakhir tanpa titik temu.
Menerka Misteri Saat Perempuan Bilang Terserah
Begitulah ilustrasi sederhana saat perempuan bilang terserah. Sebuah kata yang singkat, padat, dan qat’i alias jelas maksud dan petunjuknya. Tetapi kata yang sederhana ini menjelma menjadi teka teki algoritma yang rumit dan sulit dipecahkan para lelaki. Terserah adalah pilihan sederhana yang semestinya bisa dieksekusi keputusannya dengan cepat, tetapi faktanya sampai sejam lebih mungkin si lelaki masih mencoba menawarkan ini dan itu yang padahal akan direspon sama: nggak ah dan terserah. Kalau si cowok masih sabar, mungkin dia akan terus menawarkan berbagai menu dan tempat makan sejak isya sampai subuh. Ketika dua-duanya sudah amat lelah dan mau tidur, perempuanmu masih berucap: terserah. Hehehe, kalau yang terakhir halu sih.
Pengalaman “saat perempuan bilang terserah” ini mungkin pernah dialami sebagian besar laki-laki, entah dalam status suami atau apalagi pacar. Terus apa jawaban dari kode algoritma “terserah” yang diucapkan perempuan?
Baca Juga:ASFA Foundation Bantu Korban Gempa Turki dan Suriah 100.000 USDSDIT Permata Hati Batang Kirimkan 30 Peserta ke Kemnas V Sako Pramuka SIT Indonesia
Mari kita jawab dengan kasus lain yang relate dengan tema ini, yakni bagaimana cara perempuan menyampaikan pesan marahnya pada pasangan? Sebut saja perempuanmu sedang tersinggung dengan sikapmu, atau sedang mencemburui sikap hangatmu terhadap perempuan lain, atau tengah tak setuju dengan sebuah keputusan yang kau ambil. Dalam kasus semacam ini, bagaimana kaum perempuan mengirimkan signal marahnya?
Umumnya perempuan akan memilih diam untuk mengekspresikan kemarahan atau ketidaksetujuannya. Perempuan memilih menjalankan ritual kebatinan, melawan dengan cukup mbatin. Sebagai pasangan, kamu mungkin tahu bahwa perempuanmu sedang marah. Tetapi kamu tak tahu apa yang dimarahkannya. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih besar, jamaknya laki-laki enggan memikirkan apalagi tersandera hal-hal kecil atau detail. Laki-laki lebih senang berpikir deduktif, pikirkan dulu gambaran besarnya, yang kecil-kecil nanti dulu dech. Sebab laki-laki cenderung memikirkan segalanya. Semua masalah dia tampung dan proses di kepalanya.
Sementara kaum perempuan punya kecenderungan memikirkan detail-detail kecil untuk mendapatkan gambaran besar. Dan dia akan punya logika pembenaran untuk menghubung-hubungkan detail-detail itu menjadi kesimpulan besarnya.