Kembali ke pertanyaannya, kenapa perempuan memilih diam sebagai cara menunjukkan kemarahannya? Bukankan cara kerja dari dua kasus ini sebetulnya sama? Ya, kesimpulan jawabannya adalah seperti pada lirik lagu yang pernah dipopulerkan Ada Band. Lagunya berjudul “Karena Wanita”, rilis 2006, di mana salah satu bagian liriknya berbunyi: “Karena wanita ingin dimengerti”.
Begitulah, sejak zaman purba wanita selalu ingin dimengerti, bahkan dalam diamnya. Saat perempuan bilang terserah, saat dia marah tanpa kata, sebetulnya perempuan sedang ingin ditebak suasana hatinya oleh si lelaki. So, saat perempuan bilang terserah, jangan Ge Er dulu, Bro. Kalau kamu berpikir perempuanmu bijaksana dan demokratis, wah kamu naif bro.
Saat itu si doi sedang tidak butuh usulanmu. Dalam situasi semacam ini, perempuan sebetulnya sudah punya pilihan; mau makan apa dan di mana. Tetapi dia hanya berharap kamu bisa menebak apa yang dimauinya. Kalau kamu bisa menebaknya, maka kebahagiaan perempuan saat itu mungkin sebanding dengan memenangi undian doorprize sepeda motor. Adegan ini juga sebetulnya menunjukkan kecenderungan perempuan yang senang dengan surprise dari pasangannya. Kalau nggak percaya, coba deh kamu pulang bawa kalung berlian. Dijamin, cewekmu langsung melting bahagia. Dan kamu pun pasti ikut mbrebes mili juga, memikirkan saldo rekeningmu terkuras amat dalam. So, jangan lagi naif saat perempuan bilang terserah ya.
Baca Juga:ASFA Foundation Bantu Korban Gempa Turki dan Suriah 100.000 USDSDIT Permata Hati Batang Kirimkan 30 Peserta ke Kemnas V Sako Pramuka SIT Indonesia
Pun saat si doi marah dengan diam, sebetulnya dia ingin kita para lelaki bisa tahu masalahnya dan mengakui salah di hadapan si doi. Jangan lupakan dengan hukum relasi laki-laki dan perempuan yang telah berlaku sejak purba: perempuan tak pernah salah, apalagi saat sedang marah.
Ya begitulah jamaknya kaum hawa lengkap dengan angan dan inginnya yang terkadang tak selalu mampu dipahami lelakinya dengan baik. Ya, saat perempuan bilang terserah hanyalah satu contoh kecil saja.
Yang mungkin mengganjal di pikiran kaum laki-laki, adalah sikap perempuan yang paradoks. Ia ingin sesuatu atau marah atas sesuatu dengan diam, tak terucapkan. Namun di sisi lain, perempuan tak bisa menerima kecenderungan laki-laki yang mengungkapkan perasaan cintanya dengan perbuatan, bukan kata-kata. Sebab telinga perempuan nyatanya senang dinyamankan dengan kata-kata: I love you, I miss you, terima kasih sayang, dan sejenisnya. Sementara laki-laki yang sebetulnya mungkin kurang nyaman untuk menunjukkan rasa cintanya dengan ungkapan verbal semacam itu, tetap mau berkorban menuruti what women want. Di ujung telepon, si laki-laki tetap saja mengucapkan love you atau miss you, makasih sayang, meski sejujurnya mungkin geli sendiri selepasnya. Apalagi jika ia sedang nongkrong bareng teman-temannya. Alamat di-bully sampai pagi.