Oleh : Dahlan Iskan
GAUTAM Adani siap-siap menyerang balik pihak yang telah menghancurkan harga saham perusahaannya. Adani telah menunjuk pengacara termahal di Amerika: Wachtell Lipton. Anda sudah tahu nama lengkap kantor hukum terkemuka di New York ini: Wachtell, Lipton, Rosen & Katz.
Yang akan digugat sampai ludes adalah Hindenburg Research. Gara-gara Hindenburg itu Adani telah kehilangan uang sekitar Rp 1.800 triliun dalam beberapa hari saja.
Itu gara-gara perusahaan riset saham New York, Hindenburg Research, itu mengumumkan bahwa Adani Group melakukan manipulasi keuangan dan saham.
Baca Juga:Komitmen Jaga Ketahanan Pangan di Jabar, Kontrak Kerja Seribuan Penyuluh-POPT DiperpanjangCatat Ini, Mulai Bulan Maret 2023 Sebelum Menikah Harus Miliki Sertifikat Nikah Dulu
Pemimpin Hindenburg, Nathan Anderson, hasil risetnya akurat. Ia menantang Adani untuk memperkarakannya. Tantangan itu kini dilayani oleh Adani dengan call tinggi.
Hindenburg, di New York, digolongkan perusahaan kecil. Nama Nathan juga bukan nama yang dikenal luas di pasar modal –kecuali sekarang ini.
Sebelum mengeluarkan hasil risetnya, Hindenburg melakukan short selling saham Adani. Ia pinjam saham dalam jumlah besar. Jumlah saham itu akan ia kembalikan pada saatnya.
Saham pinjaman (dengan bunga) itu dijual ketika harga saham Adani masih baik. Lalu ia umumkan hasil risetnya. Nama Adani jatuh. Reputasinya hancur.
Harga saham Adani jatuh. Tinggal separo harga.
Hindenburg pun membeli saham Adani dalam jumlah yang sama dengan yang ia pinjam. Dengan harga hanya separo. Pinjaman saham itu pun ia kembalikan utuh. Masih dapat uang begitu besar.
Praktik short selling seperti itu tidak dilarang di New York. Atau di London. Di Hong Kong. Di Tokyo. Tapi dilarang di Singapura. Dilarang Di Jakarta.
Sampai Jumat lalu harga saham Adani masih belum membaik. Lembaga rating Amerika justru menurunkan Adani dari stabil ke negatif outlook.
Baca Juga:KhofifahIlmu Gempa
Adani harus berjuang menyelamatkan perusahaan. Di dua arah sekaligus. Secara keuangan dan hukum.
Di bidang keuangan, Adani telah minta tambahan kredit dari bank milik negara (SBI). Sebesar sekitar Rp 49 triliun. Yakni untuk menyelamatkan perusahaan Grup Adani yang di Australia.
Alasan Adani, perusahaan tambang batu bara di Australia itu sangat bagus. Harus diselamatkan. Dan lagi SBI sudah menyetujui plafon kredit sebelumnya. Yang belum sepenuhnya digunakan. Berarti Adani minta tambahan dana yang telah dijanjikan.