Sejak bertemu dan selama perjalanan, Shafwan Radhiyallahu anhu tidak pernah mengucapkan kalimat apapun kepada Aisyah Radhiyallahu anhuma. Selain ucapan istirja (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un), karena kaget saat mengetahui Aisyah Radhiyallahu anhuma tertinggal.
Di Kisah Haditsul Ifki, Kaum Munafik Sebar Berita Hoax
Ilustrasi Hoax (Kominfo.go.id)
Peristiwa ini dimanfaatkan oleh kaum munafik. Mereka membubuhi kisah haditsul ifki ini dengan berbagai cerita bohong. Diantara yang sangat berantusias menyebarkan cerita bohong dan keji itu adalah Abdullah bin Ubay Ibnu Salul.
Baca Juga:1 Tahun Menuju Pemilu 2024, Bawaslu Kabupaten Pekalongan Tegaskan Siap Lakukan PengawasanVideo Pelajar Baca Surat Terbuka untuk Bupati Pekalongan Fadia Viral, Minta Jalan Rusak Petungkon – Sidomulyo Diperbaiki
Cerita bohong dalam kisah haditsul ifki itu menyebar dengan cepat, dari mulut ke mulut, sehingga ada beberapa sahabat yang terfitnah dan tanpa disadari ikut andil dalam menyebarkan berita ini. Mereka adalah Misthah bin Utsatsah (sepupu Abu Bakr ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu), Hassan bin Tsabit dan Hamnah bintu Jahsy Radhiyallahu anhum.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sedih dengan berita yang tersebar, bukan karena meragukan kesetiaan istri beliau Shallallahu alaihi wa sallam.
Beliau Shallallahu alaihi wa sallam percaya Aisyah Radhiyallahu anhuma dan Shafwan Radhiyallahu anhu tidak seperti yang digunjingkan.
Berita yang sangat menyakiti hati Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ini memantik kemarahan para sahabat dan hampir saja menyulut pertikaian diantara kaum muslimin.
Sebagai respon dari berita buruk ini, Sa’ad bin Mu’adz Radhiyallahu anhu menyatakan kesiapannya untuk membunuh kaum Aus yang terlibat dalam penyebaran berita dusta ini. Sementara Sa’ad bin Ubadah Radhiyallahu anhu tidak setuju dengan sikap Sa’ad bin Mu’adz ini, karena diantara yang tertuduh terlibat dalam penyebaran berita ini berasal dari kaum Sa’ad bin Ubadah Radhiyallahu anhu.
Hampir saja kekacauan yang diinginkan kaum munafik menjadi nyata. Namun dengan petunjuk dari Allah Azza wa Jalla, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tampil menyelesaikan permasalahan ini dan berhasil meredam api kemarahan. Sehingga kaum munafik harus menelan pil pahit kegagalan untuk kesekian kalinya.
Awalnya, Aisyah Radhiyallahu anhuma tidak tahu kalau banyak orang yang sedang menggunjing beliau Radhiyallahu anhuma. Beliau Radhiyallahu anhuma menyadari hal itu, ketika jatuh sakit dan meminta ijin kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam untuk tinggal sementara waktu di rumah orang tua beliau yaitu Abu Bakar Radhiyalla anhu.