Pikiran bawah sadar merupakan bagian yang mendominasi perilaku manusia. Sebab, di tempat inilah setiap kejadian, ingatan bahkan yang bersifat traumatik, tersimpan dengan sangat baik. Hal tersebut kemudian membuat jenis pikiran bawah sadar ini menggerakkan perilaku dan kebiasaan manusia beradasarkan banyak hal yang telah dialami sebelumnya.
Critical Area (Area Kritis)
Critical area merupakan jenis pikiran ketiga yang terletak di antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Jenis pikiran ini memiliki fungsi sebagai antisuggestive barries atau pertahanan pikiran bawah sadar. Sederhananya, bagian ini melakukan tugas filter tentang hal apa saja yang boleh dan tidak boleh masuk ke dalam ranah pikiran bawah sadar.
Area kritis ini sering dianalogikan sebagai polisi pikiran atau penjaga yang melindungi pikiran bawah sadar dari peristiwa tertentu. Tugasnya adalah melakukan pemolisian, di mana ketika sebuah informasi hendak masuk ke dalam pikiran bawah sadar, ia harus melewati area kritis sebagai pintu masuk informasi.
Baca Juga:Kenali! Ini 5 Kebutuhan Psikologis yang Sering Dilupakan4 Tipe Pembohong, Jangan Sampai Tertipu!
Suatu hal harus berhasil lolos dari bagian ini untuk bisa menetap di pikiran bawah sadar dan menjadi belief. Selain itu, jenis pikiran ini juga menjadi pintu keluar informasi terdalam yang selama ini terjaga di dalam pikiran bawah sadar.
Dalam konsep terapi psikologis, ketika orang melakukan relaksasi, tubuhnya tidak sepenuhnya tertidur, tetapi pikiran bawah sadar menjadi kurang waspada. Sehingga terapis cenderung bisa mengendalikan pikiran orang tersebut.
Apa yang Perlu Dilakukan Terhadap Pikiran?
Pertama, mengenali pikiran sendiri. Terkadang, orang tidak mengingkan suatu pikiran untuk hadir ke dalam dirinya. Oleh karenanya, orang perlu menjadikan pikirannya sendiri sebagai sahabat baik, terutama dalam membuat setiap keputusan dalam hidup. Dengan mengenali pikiran sendiri, orang dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak dikendalikan oleh pikiran, terutama yang tidak menyenangkan.
Kedua, mengelolanya. Ketika orang terlalu dikendalikan oleh pikiran atau ingatan masa lalu maupun pemikiran tentang masa depan, pada akhirnya akan muncul beberapa hal yang menghambat diri sendiri seperti ketakutan, dendam, overthingking, hingga perasaan tidak percaya diri.