Sempat Ramai di Media Sosial, Apa dan Bagaimana Sih Sejarah Childfree

Sejarah childfree
Fenomena Child free menuai banyak pro kontra pada masyarakat Indonesia, sehingga penting untuk mengetahui apa dan sejarah childfree. - Pixabay-
0 Komentar

RADARPEKALONGAN.ID – Tema tentang childfree mendadak ramai di media sosial, memancing orang ingin tahu lebih dalam tentang apa dan bagaimana sejarah childfree. Childfree bukanah fenomena baru di masyarakat Barat, tetapi di Indonesia mungkin masih sensitif, sehingga memicu pro dan kontra. Pun tidak sedikit yang mungkin berdebat tanpa tahu lebih dalam apa dan bagaimana sejarah childfree ini.

Istilah childfree sendiri mendadak viral setelah youtuber Gita Savitri alias Gitasav membuat pernyataan kontroversial tentang pilihannya untuk childfree demi mengejar karir. Pernyataan ini sontak mendapat tanggapan pro kontra hingga viral di media sosial seperti twitter. Banyak orag akhirnya ingin tahu tentang childfree agar tak ketinggalan isu. Lalu, apa dan bagaimana sejarah childfree, yok kita ulas sedikit, gaes.

Pengertian dan Sejarah Childfree

Dikutip dari Cambridge Dictionary, paham childfree adalah kondisi dimana antar pasangan sepakat untuk tidak memiliki anak dalam hidupnya. Faktornya pun beragam, bisa dari segi ekonomi, fisik yang tidak mendukung, ataupun mereka yang menganut paham bahwa dunia sudah tidak seramah dulu kepada manusia.

Baca Juga:Benarkah Mental Generasi Z Lebih Lembek dari Generasi Milenial?

Dilansir dari www.cnbcindonesia.com, sejarawan Rachel Chrastil sempat menjelaskan tentang apa dan bagaimana sejarah childfree di Washington Post. Menurut dia, sejarah childfree di Eropa bermula ketika banyak perempuan Eropa yang lebih memilih karir daripada menikah di usia muda. Fenomena childfree di Eropa baru disadari sekitar tahun 1800-an. Ketika itu Eropa sedang mengalami pesatnya pertumbuhan ekonomi dengan berkembangnya sektor industrialisasi. Banyak dari perempuan yang sudah merasakan nyaman bekerja dan merasakan kenyamanan hidup dan memiliki standar kehidupan yang sesuai dengan standar kebahagiaan mereka.

Faktor Agama dan Budaya

Sebelumnya, fenomena childfree bukanlah menjadi persoalan yang serius, karena banyak dari mereka yang berasal dari jumlah keluarga yang terbilang cukup banyak. Namun di era setelah perang dunia ke II, angka kelahiran tiba-tiba meningkat di seluruh dunia. Sejarah childfree sendiri sejak dahulu fenomenanya memang naik turun.  Sedangkan sejarah childfree di Indonesia, zaman dahulu banyak yang menentang fenomena childfree karena dianggap bertentangan dengan norma agama (Islam). Filosofi “banyak anak banyak rezeki” pun masih dipercayai oleh banyak orang. Filosofi tersebut juga memiliki alasan, dikarenakan ketika bangsa Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Memiliki banyak anak sama saja dengan memiliki banyak tenaga untuk melakukan kerja paksa dan makin bertambah pula keuntungan yang diperoleh.

0 Komentar