Jalan yang masih harus dibangun adalah yang membelah Kabupaten Nduga ini saja. Dari bagian timur Nduga ke Wamena sudah ada jalan. Mobil tertentu sudah bisa lewat: 6 jam. Itu dialami sendiri oleh Sahabat Disway di Wamena. Ia menuju Distrik Mbua di kabupaten Nduga Timur.
Tapi dari Nduga bagian timur ke Nduga bagian barat masih harus jalan kaki: dua harmal. Berarti kalau kelak ada jalan mungkin bisa ditempuh dalam lima jam saja. Total, dari pelabuhan baru pinggir sungai ke Wamena bisa 12 jam.
Pasukan Marinir sudah hafal dengan pelayaran di sungai Pomats ini. Ada ekspedisi reguler TNI-AL di sungai ini. Dari muara ke hulu. Dari hulu ke muara.
Baca Juga:Dijual dengan Harga Mulai Rp209 Juta, Wuling Alvez Siap Jadi Penantang HR-V dan CretaMobil Listrik ESEMKA Bikin Kejutan di IIMS 2023 dengan Inovasi Luar Biasa, Simak Keunggulannya
Misalnya yang dilakukan Satgas Muara Perairan Yonif 3 Marinir Pasmar 2 tahun lalu. Ada pos TNI-AL di pedalaman sungai itu. Yakni Pos Quary Bawah, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga. Di sini pula dua anggota TNI-AL tewas tahun lalu: Letda Marinir Muhammad Ikbal dan Pratu Marinir Wilson Anderson Here.
Pos itu tidak terlalu jauh dari bandara Paro. TNI sangat menguasai wilayah ini. Hanya saja TNI masih memberi kesempatan kepada kepada Bupati Dwijangge untuk menjalin kontak dengan penyandera.
Rupanya bupati mengenal mereka. Bupati juga tahu sifat-sifat mereka. Belum tentu pula motif penyanderaan itu untuk kepentingan politik merdeka. Memang yang disuarakan soal itu tapi ini bisa saja mirip parpol yang membawakan ayat-ayat agama untuk kepentingan partai.
Karena itu respons dunia internasional juga sangat minim. Selandia Baru sendiri menganggap ini urusan intern Indonesia. Sikap Selandia Baru jelas: mendukung Indonesia.
Maka kalau mereka langsung diserbu dan dimusnahkan, bisa jadi justru negatif di mata internasional. Tapi kalau dibiarkan berlarut juga merugikan.
TNI tahu kapan harus memainkan perannya.(Dahlan Iskan)