Tradisi Rajaban
Kata Rajaban sendiri umum digunakan oleh umat Islam di Jawa, yang berasal dari nama bulan dalam kalender hijriyah yakni Rajab, bulan di mana peristiwa isra miraj dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagian dari negeri-negeri Muslim memperingati peristiwa isra miraj setiap tanggal 27 Rajab, yang tahun ini jatuh pada 18 Februari hari ini. Tentang bagaimana setiap masyarakat Islam memperingati isra miraj sendiri berbeda-beda, salah satunya seperti dilaksanakan warga Rifa’iyah.
Cara memeringati isra miraj warga Rifa’iayah terbilang unik yaitu dengan mengadakan acara pengajian selama bulan Rajab di cabang Batang-Pekalongan-Pemalang, sehingga isra miraj sering disebut juga dengan Rajaban. Kegiatan tersebut dibuka dengan pembacaan Kitab Arjo, salah satu kitab karangan KH. Ahmad Rifa’i berbentuk nadhom yang menerangkan tentang peristiwa selama Isra Miraj Nabi Muhammad SAW .
Pembacaan kitab Arjo menjadi salah satu momentum untuk terus melestarikan ajaran KH. Ahmad Rifa’i, dan menjadi salah satu ciri khas warga Rifa’iyah. Rajaban bisanya dihadiri kurang lebih 2000 jamah warga Rifa’yah yang antusias untuk datang. Kegiatan ini seperti pengajian pada umumnya, dengan acara inti mauizah hasanah.
Baca Juga:Drakor Terbaru: The Heavenly Idol, Kisahkan Pendeta yang Bertransformasi Menjadi IdolTakut Bicara ? Ini Penyebab dan 4 Tipsnya Oh Su Hyang
Lihat juga: http://Peringati Isra Mi’raj, Pelajar SDN Kauman 07 Berbagi ke Panti Asuhan
Ciri khas lain dari Rajaban ala warga Rifa’iyah juga terletak di rasa kekeluargaan yang terbangun, jamaah yang hadir akan disambut oleh remaja yang berjejer untuk bersalaman di depan gang masuk ke acara. Ketika acara selesai biasanya mereka bersilaturahmi kepada sanak saudara yang ada di daerah yang menjadi giliran tempat acara tersebut.
Hal umum yang dilakukan oleh warga Rifa’iyah adalah memisahkan antara laki laki dan perempuan. Jika kegiatan dilakukan dalam satu tempat maka akan dipasang satir/pemisah antara laki laki dan perempuan, atau memisahkan laki-laki dan perempuan di tempat yang berbeda.
Sama halnya dengan kegiatan Rajaban warga Rifa’iyah, yang mana pengajian untuk kaum perempuan dilaksanakan pada pagi hingga siang hari dan pengajian untuk kaum laki laki dilaksanakan pada malam hari.