Pendidikan sangat penting bagi kehidupan sepanjang hayat, dengan demikian perlu adanya penanaman nilai-nilai sila Pancasila. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bertujuan membentuk sikap, moral yang baik, kreatif, dan bertanggungjawab sebagai warga negara.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Dalam pembelajaran tematik kelas 3 SD terdapat muatan pelajaran PPKn dengan materi hak dan kewajiban. Pada materi tersebut, siswa dituntut untuk bisa memahami dan memberi contoh hak dan kewajiban sebagai warga di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Kondisi nyata di kelas 3 SD Negeri 02 Sidoharjo Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kesulitan membedakan antara hak dan kewajiban.
Baca Juga:Rayakan Hari Jadi, Teras Keke Pekalongan Ajak Masyarakat Gelar Jalan SehatJadwal Bioskop Pekalongan Hari Ini 19 Februari 2023: Ant-Man and the Wasp:Quantumania hingga Para Betina Pengikut Iblis
Pembelajaran kurang diminati siswa, mereka mengikuti pembelajaran namun setelah itu lupa materi apa yang disampaikan guru, pada saat pembelajaran berlangsung kebanyakan dari mereka berbicara dengan temannya tidak memperhatikan guru menyampaikan materi. Mereka merasa bosan terhadap materi tersebut dan beranggapan bahwa pembelajaran PPKn sebagai muatan pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata.
Akibatnya siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar serta kurang termotivasi dalam belajar sehingga materi yang disampaikan tidak diterima oleh siswa. Penulis melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran agar siswa lebih semangat, aktif, dan memahami materi dengan suasana menyenangkan.
Metode bermain peran merupakan penerapan pembelajaran berdasarkan pengalaman. Bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima karakter orang lain.
Sedangkan menurut Amri dalam Ningsih (2014:52) metode bermain peran adalah pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara siswa memerankan suatu tokoh, baik tokoh hidup maupun mati.
Metode ini mengembangkan penghayatan, tanggung jawab, dan terampil dalam memakai materi yang dipelajari. Metode bermain peran juga memiliki kelebihan yaitu dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.