Dalam perjalanannya yang panjang dan melelahkan Adani akhirnya mencabut semua gugatannya: kecuali untuk Paranjoy. Adani merasa tulisan itu mengandung unsur pidana. Paranjoy dianggap kunci semua itu.
Ketika perkara Paranjoy masih berproses, meledaklah ԉ۪bomՉ۪ di Adani. Bom bikinan Hinderburg. Yang ditulis dalam laporan Hinderburg pun jauh lebih dalam dari yang ditulis Paranjoy.
Setelah bom Adani itu meledak Harian The Telegraph India mewawancarai Paranjoy.
Apakah yang dipublikasikan Hinderburg itu ada kesamaan dengan tulisan Anda?
Baca Juga:Waspadai Keberadaan Ular di Sekitar Kita, Begini Bantuan Pertama Jika Terkena Gigitan Ular BerbisaF1 H20
“Ada. Tapi mereka menulis sampai 32.000 kata. Kalau dibuat buku sampai 150 halaman”.
Apakah Anda dihubungi Hinderburg sebelum laporan itu terbit?
“Tidak. Tapi mereka kan mengambil juga bahan dari publikasi yang sudah menjadi milik umum”.
Apakah Anda pernah benar-benar ditahan?
“Sampai detik ini, belum pernah”.
Apakah Anda pernah bertemu Gautam Adani?
“Pernah. Dua kali. Lalu telepon satu kali. Di pertemuan itu saya ditemani istri dan penulis lain. Selama dua jam dan 1 jam 55 menit. Yang lewat telepon 15 menit”.
Siapa yang berinisiatif mengadakan pertemuan itu?
“Pengacara saya. Tujuannya untuk bisa terjadi perdamaian. Yang lewat telepon dari saya sendiri”.
Apakah perkara ini mempengaruhi hidup Anda?
“Sangat. Menghabiskan waktu. Dan biaya”.
Apakah Anda akan berubah?
“Tidak”.
Melihat gelagatnya perkara ini pun akan berakhir di luar pengadilan. Tapi ketika pertemuan demi pertemuan belum menghasilkan kesimpulan, suasana di Adani berubah total. Grup Andani tiba-tiba punya musuh yang jauh lebih besar. Selama itu Adani hanya menghadapi satu kucing. Kini ia menghadapi singa raksasa.
Paranjoy lahir di Kalkuta. Lulus universitas di sana. Ia sudah menulis lebih dari 20 buku. Juga membuat video berita banyak sekali.
Ternyata masih ada wartawan seperti Paranjoy. Intelektual terkemuka India seperti Profesor Amartya Sen dan Noam Chomsky pun berada di belakangnya. Mungkin Paranjoy hanya dianggap kerikil di sepatu Adani. Kini ada batu besar di depan matanya. (Dahlan Iskan)