“Nih bro, ini beneran gua kasih tahu sebagai teman ya.” Kali ini raut muka Herman berubah lebih serius.
“Di dunia hiburan malam, termasuk karaoke, itu cuma ada dua garis batas, selebihnya seterah Elu.
Pertama, jangan baper, jangan pernah libatkan perasaan sama pemandu lagu, karena tugas ekamemang begitu, menyenangkan tamu, menyenangkan klien. Sekali kamu melibatkan hati, wuih habis bondomu diplorotin.” Urat leher Herman mengencang saat menjelaskan ini, mungkin dia memang lagi benar-benar serius.
Lihat juga: [CERBUNG] Sang Pemandu Lagu
Baca Juga:Awal Mula Masuknya Budaya K-Pop di Indonesia yang Kini Makin DigilaiMeriahnya Pesta Siaga Kwarran Warungasem, 4 Sekolah Ini jadi Juaranya
“Kedua, di dunia karaoke, pemandu lagu, juga berlaku standar pelayanan minimal, kaya di pemerintahan. Karena PL ini juga tupoksinya sebagai public servant, pelayan publik. Kalau dia nggak menuhi standar minimal sebagai PL, nggak minum lah, nggak mau dipeluk lah, ya artinya dia gak profesional. Lu kan tahu aturan ini, kenapa sekarang lu malah kejebak gini.”
Duh, aku ke- gape lagi dech. Ya tentu saja aku paham betul aturan dunia karaoke, berikut dunia sang pemandu lagu. Ada beberapa orang yang kukenal jatuh bangkrut karena terlibat hati dengan sang pemandu lagu. Bahkan ada kawanku yang menghabiskan jatah warisan setengah miliar karena kecanduan karaoke. Ya itu, dia menjalin hubungan serius dengan pemandu lagu. Ya ujung-ujungnya dia yang serius sendirian, begitu harta masa depannya habis, ditinggal pula dia.
Yang paling tragis adalah para laki-laki beristri yang harus menyaksikan rumah tangganya hancur karena perkara sang pemandu lagu. Apalagi kalau bukan karena kegatelan, para laki-laki ini terpesona oleh PL, kelojotan kaya ulat keket. Mungkin karena masa puber kedua, jadi hormon cinta sama libidonya overdosis dan petakilan.
Aku juga tahu, kadang ada klien yang minta ganti pemandu lagu ke Mamih, karena anaknya nggak asyik. Ya tadi, tak memenuhi SPM. Bahkan pernah juga menyaksikan sang pemandu lagu keluar room dengan menangis setelah ditampar klien yang kecewa dengan pelayanannya. Misal perkara yang mungkin di dunia keseharian kita anggap remeh, tak sengaja menumpahkan minuman saat menuangkan bir ke gelas. Dan hukum rimba karaoke ya seperti itu, perilaku arogan klien semacam ini dianggap normal. Karena dia membayar jasa, ya jasa sang pemandu lagu.