Oleh : Dahlan Iskan
CORPORATE University kini tidak hanya dimiliki oleh perusahaan sekelas Astra atau Indofood. Mahkamah Agung pun kini punya Corpu. Namanya: Mahkamah Agung Corporate University. Di Megamendung, kawasan Puncak.
Istilah Corpu, kali pertama lahir di Amerika Serikat. Di perusahaan kelas dunia: General Electric (GE). Lalu ada anggapan kejayaan GE berkat Corpu-nya. Perusahaan Indonesia seperti PLN pun mendapat jatah tahunan. Bisa menyekolahkan para calon pimpinan ke GE Corpu.
Maka wabah ber-Corpu menjalar ke berbagai penjuru dunia. Telkom membangun Corpu pertama di Indonesia. Di Bandung. Lalu Pelindo. Di Cipanas. Yang lain-lain pun menyusul. Ketika reputasi GE sudah tidak sehebat dulu pun, Corpu jalan terus.
Bahkan, di Indonesia, menjalar ke instansi pemerintah.
Baca Juga:Kawasan Industri Batang Buka Lowongan Kerja, Buruan Kunjungi Website iniCek Lowongan Kerja di Kawasan Industri Batang, 4 Perusahaan Sudah Buka Pendaftaran
Kementerian keuangan mencatatkan diri sebagai pemilik Corpu pertama di lingkungan pemerintah. Saya pun kaget: Mahkamah Agung kini juga punya Corpu.
Model pendidikan dan latihan (Diklat) kelihatannya dianggap sudah kuno. Tidak relevan lagi. Maka datanglah era Corpu.
Lalu apakah Corpu?
Definisinya begitu banyak. Anda bisa memilih yang ini: Corpu adalah lembaga pendidikan yang dijadikan alat strategis oleh perusahaan dalam mengembangkan karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Kurikulumnya pun bisa dibuat sendiri-sendiri. Disesuaikan dengan kepentingan perusahaan. Corpu seperti milik Pelindo misalnya, memakai kurikulum 70-20-10.
Yang dominan adalah mentoring. Terutama yang terkait dengan penugasan di perusahaan. Hampir tidak ada pelajaran teori. Kalau pun ada diselip-selipkan di sela-sela mentoring.
Dua tahun terakhir saya dipilih menjadi mentor di Pelindo Corpu. Muridnya adalah pejabat-pejabat setingkat direksi. Terutama di anak-anak perusahaan. Mereka membawa ”kurikulum” sendiri: bagaimana memecahkan persoalan yang berat-berat.
Lalu bagaimana Mahkamah Agung sampai punya Corpu sendiri?
Sama. Meski bukan perusahaan persoalan yang dihadapi Mahkamah Agung tidak lebih ringan dari perusahaan besar.
Baca Juga:Paranjoy KerikilWaspadai Keberadaan Ular di Sekitar Kita, Begini Bantuan Pertama Jika Terkena Gigitan Ular Berbisa
Mahkamah Agung punya begitu banyak hakim. Yang harus selalu berhadapan dengan perkara baru. Apalagi hakim memiliki independensi mutlak untuk membuat keputusan. Mereka wakil Tuhan di ruang pengadilan.
“Lewat Corpu kami akan membangun hakim yang cadas,” ujar Syamsul Arief, kepala Pusdiklat Teknis Mahkamah Agung.