RADARPEKALONGAN.ID – Populasi China menyusut pada pada tahun 2022. Kejadian ini merupakan yang pertama kali sejak 1961 atau sekitar 60 tahun lalu. Tingkat kelahiran di negara tersebut juga mengalami penurunan ke rekor terendahnya.
Dikutip dari akun instagram @bigalpha.id, penyebab utama populasi China menyusut adalah kebijakan pemerintah China yang memberlakukan peraturan satu anak (one-child policy) dari tahun 1980 hingga tahun 2015.
Selain itu, pembatasan yang dilakukan akibat pandemi Covid-19 yang menurunkan perekonomian China secara tajam, ditambah tingginya biaya pendidikan membuat masyarakat China ragu untuk menikah dan memiliki anak.
Baca Juga:Perpanjangan Kontrak Messi: La Pulga Ajukan 3 Syarat Gila ke PSGChelsea Terpuruk, Graham Potter Dapat Ancaman Pembunuhan
Populasi China Menyusut Sebanyak 850 Ribu Orang
Populasi keseluruhan China pada 2022 tercatat sebanyak 1,41 miliar orang. Turun sebanyak 850 ribu dari yang sebelumnya mencapai sekitar 1,41 miliar orang pada 2021. Data tersebut diambil dari Biro Statistik Nasional China.
Kemudian, tingkat kelahiran China juga turun ke rekor terendah mencapai 6,77 kelahiran untuk setiap 1.000 orang dari sebelumnya 7,37 kelahiran per 1.000 orang.
Sedangkan angka kematian China naik ke rekor tertinggi pada 2022. yaitu 7,36 kematian per 1.000 orang dari sebelumnya 7,18 kematian per 1.000 orang.
Pertumbuhan populasi di China sebenarnya sudah melambat sejak 2016. Karena itu, pemerintah China memutuskan untuk mendorong angka kelahiran dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan.
Kebijakan tersebut antara lain: mengizinkan pasangan memiliki tiga anak, memberikan tunjangan, mencabut hukuman untuk pasangan yang memiliki banyak anak, membagikan bantuan uang tunai, menawarkan diskon perumahan dan pendidikan, serta memberikan lebih banyak hari libur untuk orang tua.
Namun kebijakan ini dirasa kurang efektif dalam mendiorong pertumbuhan populasi.
Masalah serupa sebenarnya juga dialami oleh Jepang dan Korea Selatan. Kedua negara ini dikabarkan mengalami resesi seks yang ditandai dengan rendahnya angka pernikahan yang juga berpengaruh pada turunnya tingkat kelahiran.
Dengan menurunnya populasi, tentu akan menurunkan pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut karena konsumsi yang juga ikut mengalami penurunan.(nul)