Karena masih haus akan ilmu dan pengalaman, Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas melanjutkan pengembaraannya ke Mekkah. Dengan penuh ketekunan, Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas belajar kepada As-Sayyid Al-Alamah Ahmad bin Zaini Dahlan selama 12 tahun.
Berdakwah di Pinggiran Kota Mekkah
Dilansir dari laduni.id, mula-mula Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas melaksanakan perintah gurunya untuk berdakwah di sekitar kota Mekkah. Sebab ilmu yang beliau pelajari dirasa perlu disebarluaskan kepada masyarakat kota Mekkah terutama di daerah terpencil.
Al-Sayyid Al-Alamah Ahmad bin Zaini Dahlan adalah guru yang menyarankan untuk memulai terjun ke tengah-tengah masyarakat. Habib Ahmad Sapuro Pekalongan mengikuti saran gurunya.
Baca Juga:Ini Daftar Spesifikasi dan Harga HP Samsung Galaxy Series Paling Murah Tahun 20238 Lowongan Kerja KIT Batang Masih Terbuka, Ini Kualifikasi dan Link Pendaftarannya
Tak terasa sudah 7 tahun lamanya habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas berdakwah di Pinggiran Kota Mekkah. Ia kembali ke Hadramaut dan tiba-tiba merasa ada panggilan untuk berdakwah di tempat lain, di belahan bumi yang berada di daerah khatulistiwa bumi—Indonesia.
Memutuskan Dakwah di Pekalongan
Melihat banyaknya penduduk Hadramaut yang berbondong-bondong ke Indonesia, terlintas keinginan Habib Ahmad Sapuro Pekalongan melakukan hal yang sama. Waktu itu orang keturunan Arab ke Indonesia datang untuk berdagang.
Singkat cerita melalui perjalanan panjang berhari-hari mengarungi samudera, habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas tiba di Indonesia. Beliau langsung menuju ke Pekalongan dan menetap disana.
Bukan tanpa alasan beliau menentap di Pekalongan. Selain untuk berdagang, Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas juga merisaukan kondisi Pekalongan yang masih butuh pengembangan dan pembelajaran agama Islam.
Mula-mula Habib Ahmad Sapuro Pekalongan mengemban tugas untuk menjadi imam masjid Wakag yang berada di Kampung Arab (jalan Surabaya). Disana beliau memperluas masjid Wakaf agar lebih banyak memuat jamaah.
Di masjid Wakaf Gabib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas mengajarkan ilmu Al-Qur’an dan beberapa kitab. Serta memakmurkan masjid Wakaf dengan bacaan Ratib, Diba’i, Al-Barzanji, wirid dan hizib serta membaca kitab Shahih Bukhari.
Pada tahun 1913, atas inisiatif habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Attas, masjid diperluas lagi kapasitasnya. Setiap hari habib Ahmad memimpin jama’ah untuk membaca ratib.